Arsip | Februari, 2010

Akhlak kepada Rasulullah saw.: Belajar dari Imam Malik dan Kalajengking

25 Feb

Makam Imam Malik di Baqi' al-Gharqad, Medinah.Di Madinah, ada kompleks kuburan tua yang bersejarah. Namanya Baqi’. Lengkapnya: Baqi’ al-Gharqad, karena dulunya tempat ini penuh dengan pohon gharqad (sejenis pohon duri di gurun). Kini, lokasinya menyatu dengan halaman Masjid Nabawi, namun dibatasi dengan tembok besar yang mengelilinginya.

Ribuan sahabat Rasul dikuburkan di sini. Fathimah az-Zahra dan ahlul bayt (keluarga Rasul) lainnya juga dikuburkan di sini. Kubur ahlul bayt adalah objek ziarah yang paling dipadati pengunjung, lebih-lebih oleh kelompok Syiah.

Tidak jauh dari kubur ahlul bayt, ada kubur dua putri Rasulullah, yaitu Ruqayyah dan Ummu Kultsum. Di sebelah kubur mereka, ada kubur istri-istri Rasulullah. Semua istri Rasul dikuburkan di sini, kecuali Khadijah (di Ma’la, Mekkah) dan Maymunah (di perbatasan kota Mekkah dan Madinah).

Tidak banyak orang yang mengenali siapa yang dikuburkan di Baqi’, karena semua kubur tanpa nama. Yang paling mudah dikenali adalah kubur Sayyiduna Utsman bin Affan radhiyallahu anhu. Tempatnya strategis, tersendiri, dan nyaman untuk diziarahi.

Setelah shalat Shubuh di Masjid Nabawi dan berziarah kepada Rasulullah saw. dan dua sahabatnya (Abu Bakar dan Umar radhiyallahu anhuma), saya terus menuju Baqi’. Ini adalah kebiasaan saya jika saya sedang berada di Madinah.

Ziarah kubur bukan hanya mengingatkan kita akan fananya dunia dan kekalnya akhirat, namun juga membuat hati kita menjadi lembut dengan meneladani akhlak orang yang kita ziarahi.

Seperti yang sudah-sudah, banyak peziarah dari negara lain yang membuntuti saya. Secara diam-diam, mereka menunjuk saya sebagai guide ziarah, karena saya tahu tentang keberadaan kubur-kubur yang ada di sana. Maklum, di Baqi’ semua kubur tanpa nama. Saya teringat, para petugas yang berbadan besar dan berjenggot lebat pernah menginterogasi saya karena saya memegang kitab yang berisi informasi detail tentang orang-orang yang dikuburkan di Baqi’. Awalnya mereka bersikap kasar. Namun, setelah saya jelaskan siapa saya dan dari mana saya dapatkan kitab itu, mereka menjadi cair. Mereka tidak menyangka bahwa saya bisa berkomunikasi dalam bahasa Arab. Mereka minta maaf.

Sampailah saya di kubur Imam Malik rahimahullah. Di sebelahnya, ada kubur Nafi’, imam qiraat yang terkenal dan guru Imam Malik sendiri. Jadi, guru dan murid berdampingan. Imam Malik adalah imam besar dalam mazhab Islam. Imam Malik adalah pendiri mazhab Maliki. Jauh sebelum Bukhari, Muslim, dan lainnya menulis kitab hadits, Imam Malik sudah lebih dulu menulis kitab hadits, yang dikenal dengan al-Muwattha’ (artinya: yang paling shahih). Imam Malik lahir di Madinah, besar di Madinah, dan wafat di Madinah. Imam Malik tidak pernah menetap di negeri lain.

Bagi saya, berziarah ke kubur Imam Malik punya kesan tersendiri. Imam Malik adalah orang yang paling menghormati apa pun yang berhubungan dengan Rasulullah. Jika ia ingin mengajar di tempat lain di luar Madinah, maka ia tidak pernah menaiki kudanya dari rumahnya, sampai ia keluar dari Madinah. Dari rumahnya, ia hanya menuntun kudanya dan berjalan di sisi kudanya. Jika sudah keluar dari perbatasan kota Madinah, barulah ia menaiki kudanya. Ia takut kalau ia menaiki kudanya dari rumahnya, kudanya itu akan mengepulkan debu. Buat Imam Malik, itu sudah dianggap menyakiti Rasulullah.

Ada lagi akhlak Imam Malik yang membuat saya terkesan. Saya ingin berkisah sedikit.

Hari itu, pengajian Imam Malik dipenuhi banyak orang. Seperti biasanya, beliau mengajar hadits. Di saat beliau mengajar, paha beliau disengat kalajengking sebanyak 16 kali. Wajah Imam Malik langsung pucat, namun ia tidak menghentikan pengajiannya. Ia terus melanjutkan kajian haditsnya, seakan-akan tidak ada kejadian yang menimpanya.

Setelah pengajian selesai dan orang-orang bubar, salah satu jamaah mendekati Imam Malik. Orang itu bernama Abdullah bin Mubarak. Abdullah melihat kejadian itu.

Abdullah berkata, ‘Wahai Imam Malik, sungguh aku tadi melihat peristiwa yang luar biasa dari dirimu’.

Imam Malik berkata, ‘Ya, begitulah. Namun, aku tetap bertahan melanjutkan pengajian, karena aku begitu memuliakan hadits Rasulullah saw.’

Masya Allah…

Saya sering teringat kisah itu, lebih-lebih ketika saya sedang berada di depan makam Imam Malik. Saya kagum, dan sudah pasti merasa kecil di hadapannya.

Begitulah akhlak Imam Malik kepada Rasulullah. Bagaimana dengan kita?

Akankan kita penuhi jiwa kita dengan cacian kepada orang yang memuliakan Rasul dengan sepantasnya? Akankan kita klaim sesat orang yang mengambil pelajaran dari hari lahirnya (maulid) Rasulullah? Akankah kita klaim pelaku bid‘ah buat orang yang mengucapkan kata ‘Sayyidina’ ketika menyebut nama Rasulullah?

Ahh… kita memang sudah keterlaluan. Menghapal hadits pun tidak, apalagi mengamalkannya. Pemahaman kita terhadap sunnah Rasul baru sebatas pemahaman kelompok, dan anehnya itulah yang kita klaim sebagai kebenaran tunggal sembari mengklaim kelompok lain sesat (dan menyesatkan).

Kita belum meniru akhlaknya Imam Malik. Nampaknya, kita lebih senang menjadi kalajengking, yang menyengat saudara kita sendiri.

Allahu Akbar…

Ya Nabiyy, salam alayka…
Ya Rasul, salam alayka…
Ya Habib, salam alayka…
Shalawatullah alayka…

Allahumma shalli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad…

Antara Blogger dan Syetan

24 Feb

Said al-Khudry radhiyallahu anhu bercerita, ‘Aku bermimpi melihat Iblis sedang bergelantungan, sehingga aku berniat memukulnya dengan tongkat. Lalu, Iblis berkata kepadaku, ‘Wahai Abu Said, bukankah engkau sudah tahu bahwa aku tidak takut dengan tongkat dan pedang’.

Said al-Khudry berkata, ‘Wahai yang terkutuk, jadi apa yang membuatmu takut?’

Iblis berkata, ‘Aku hanya takut dengan dua hal. Yang pertama, isti‘adzah-nya orang yang mohon perlindungan. Yang kedua, cahaya makrifat-nya orang yang lurus’.

Iblis berkeliaran di mana-mana. Di kantor, di mall, di jalan, di rumah, bahkan di internet. Lebih parah kalau Iblis sudah ‘ngantor’ di hati kita. Iblis memang pintar mengecoh kita. Jika kualitas hati kita baik, maka ia susupi dengan sesuatu yang terlihat ‘baik’. Banyak pengelola blog yang terkena susupan ini. Alih-alih mempersatukan umat, yang ada tanpa sadar menelanjangi kelompok lain yang tidak sejalan dengan ideologi kelompoknya. Iblis paling pandai melakukan itu. Blog-blog yang bernuansa fiqh banyak bertebaran. Sedikit sekali yang toleran dengan perbedaan. Karena tema yang diangkat kontroversial, maka rating blog-nya menjadi naik. Pemilik blog menjadi bangga. Syetan pun terkekeh-kekeh sambil kipas-kipas.

Kalau saja kita ahli makrifat, Iblis tentu dengan mudah kita sikat. Tapi, kalau kualitas kita baru sebatas ahli sikat-sana-sikat-sini, kita perlu melakukan isti’adzah.

Istia’dzah artinya mencari perlindungan kepada Allah dengan mengucapkan:
A’udzu billahi minas syaithanirrajim (aku berlindung kepada Allah dari syetan yang terkutuk).

Mudah bukan? Tapi, jangan disepelekan…

Yang Tengah-tengah yang Nikmat

20 Feb

Sebaik-baik urusan adalah yang tengah-tengah (khayrul umuri awsathuha), begitu kata Rasul. Ya, jalan tengah adalah jalan yang paling sesuai dengan Islam dan seluruh aspek ajarannya.

Kita sering lupa dengan prinsip ini. Maka, akibat yang muncul adalah sikap ekstrim. Bahasa Arabnya: ghuluw atau tatharruf. Sikap ekstrim muncul karena kita tidak bisa menyeimbangkan kemauan kita dengan tuntunan yang semestinya. Ambil contoh adalah orang yang terlampau bersemangat menapaki jalan spiritual. Tangga pertama dari jalan spiritual adalah taubat. Dengan taubat, kita merasa terlahirkan kembali. Dan ini, bagus.

Namun, hati-hati, syetan akan lebih mudah menggelincirkan kita manakala taubat itu tidak kita iringi dengan kehendak (iradat) untuk terus bertahan dengan kondisi baru itu. Jika tidak, maka taubat kita hanyalah taubat TOMAT, awalnya tobat akhirnya kumat (lagi).

Jangankan tobat tomat, yang punya iradat pun sering tergelincir. Mengapa? Karena ia terlalu bersemangat, sehingga syetan mengalihkannya ke jalan lain, yang tanpa disadari itu adalah jalan yang salah. Orang yang terlalu bersemangat, maka ia tidak bisa menjaga jarak. Kalau kita tidak pandai menjaga jarak ketika mengendarai mobil di jalan tol, akibatnya sudah bisa ditebak: TABRAKAN. Syukur-syukur tidak tabrakan beruntun. Contoh lain bisa kita teruskan, semisal anak muda yang dimabuk asmara. Kecelakaan yang terjadi akibat mabuk asmara adalah karena tidak bisa menyeimbangkan kehendak dengan tuntunan, akibatnya terjadi kecelakaan karena ‘tabrakan’ yang belum waktunya.

Orang ekstrim akan menabrak-nabrak. Dia anggap itu kebaikan, padahal itu perangkap syetan. Persaudaraan (ukhuwwah) menjadi rusak karena urusan tabrak-menabrak ini.

Jadi, hati-hati jika Anda punya kehendak yang berlebihan, karena syetan siap membantu Anda membuat tabrakan beruntun.

Sungguh benar Rasulullah saw…

Siapa yang Tahan dengan Wanita Seksi Ini?

18 Feb

Diriwayatkan bahwa pada suatu masa hidup seorang laki-laki yang terkenal kesalehannya, yang bernama Abid bin Abid. Pada masa itu pula, hidup seorang wanita yang sangat cantik.

Suatu hari, wanita cantik tersebut berada di depan cermin, sambil berkata, ‘Siapakah yang tahan (untuk tidak tergoda) dengan kecantikan ini?’.

Suaminya berkata, ‘Yang tahan dengan kecantikanmu hanyalah Abid bin Abid’.

Wanita tersebut berkata, ‘Bolehkah aku menggodanya?’.

Suaminya berkata, ‘Silakan, aku izinkan engkau untuk menggodanya’.

Wanita itu pun mendatangi Abid. Ketika bertemu Abid, wanita itu berkata, ‘Aku ingin bertanya padamu tentang sesuatu hal’. Sambil berkata demikian, wanita tersebut menampakkan kecantikan wajahnya di hadapannya.

Abid langsung memalingkan wajahnya. Wanita tersebut terus menggodanya sampai taraf yang paling gawat.

Kemudian Abid berkata, ‘Aku punya pertanyaan untukmu. Kalau engkau dapat menjawabnya, maka aku akan turuti apa saja kemauanmu’.

Wanita itu menjawab, ‘Tanyalah sesukamu. Sungguh, aku akan jujur menjawabnya’.

Kemudian Abid berkata, ‘Kalau datang malaikat pencabut nyawa kepadamu, apakah engkau senang ruhmu dicabut dalam keadaan maksiat seperti ini?’.

Wanita itu menjawab, ‘Tidak’.

Abid berkata lagi, ‘Kalau pada hari Kiamat nanti orang-orang mendapatkan catatan-amalnya dari tangan kanannya, apakah engkau senang bahwa engkau mendapatkan catatan-amalmu dari tangan kirimu disebabkan karena perbuatan maksiatmu ini?’.

Wanita itu menjawab, ‘Tidak’.

Abid berkata lagi, ‘Kalau pada hari Kiamat nanti  titian shirath dibentangkan sepanjang-panjangnya di tengah-tengah kobaran api neraka dan orang-orang berhasil melewatinya, apakah engkau senang shirath itu terputus ketika engkau melewatinya disebabkan perbuatan maksiatmu ini?’.

Wanita itu menjawab, ‘Tidak’.

Abid berkata lagi, ‘Kalau engkau berada di hadapan Allah dan Ia menanyakan perbuatan maksiatmu ini, apakah engkau senang bahwa engkau telah melakukannya?’.

Wanita itu menjawab, ‘Tentu saja tidak’.

Terakhir, Abid berkata, ‘Cukupkah nasihat ini untukmu?’.

Wanita menjawab, ‘Ya, sudah cukup. Sungguh, aku akan bertaubat kepada Allah’.

Sejak itu, ia menjalani hidup sebagai wanita yang taat.

Diterjemahkan dari: Amru Khalid, Qira’ah Jadidah wa Ru’yah fi Qashash al-Anbiya’ (Beirut: Dar el-Ma‘rifah, 2006), cet. ke-2, hlm. 121.

Seks dan Pornografi sebagai Ladang Bisnis

18 Feb

Masalah pornografi adalah salah satu tantangan terbesar bagi masyarakat Muslim saat ini. Revolusi teknologi informasi dijadikan alat oleh musuh-musuh Islam untuk mengkampanyekan pornografi dan anti Islam melalui media cetak dan elektronik. Semua ini disebarluaskan sehingga kaum Muslim jauh dari kemuliaan agamanya dan akhirnya menjadi lemah.

Biasanya, pornografi masuk melalui pintu seni sekular. Oleh karena itu, umumnya pendukung pornografi adalah para seniman sekular, yang menganggap pornografi adalah bagian dari seni. Sebenarnya, mereka telah menjadikan pornografi sebagai ladang bisnis!

Perhatikan, bahwa sinetron atau film kurang sempurna jika tidak dibumbui pornografi. Blog menjadi mudah terindeks jika tulisan yang diangkat seputar masalah ‘lendir’. Dengarkan, bahwa lagu kurang trendy jika tidak dinyanyikan dengan syair kotor dan gerakan sensual. Lihat, bahwa iklan, fotografi, mode, dan lukisan tidak dianggap indah jika tidak memperlihatkan senyum nakal, pakaian seronok, dan lekuk tubuh. Syetan telah menutup hati mereka dari kebenaran dan memasukkan paham bahwa yang dilakukannya adalah suatu kebaikan. Mereka menilai sensor terhadap pornografi sebagai pemasungan terhadap kreativitas seni.

Mereka adalah orang-orang yang dinyatakan Allah swt. dalam al-Quran,

Katakanlah, ‘Bagaimana kalau Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang aktivitasnya paling rugi?’. Mereka adalah orang-orang yang aktivitasnya sesat dalam kehidupan dunia ini, namun mereka beranggapan bahwa mereka telah berbuat baik dengan aktivitasnya itu’. (Q.s. al-Kahfi [18]: 103-104)

Mengatasi Marah

18 Feb

Suatu kali, seseorang datang kepada Rasulullah saw. Ia berkata, ‘Tolong nasihati saya’. Rasul saw. menjawab, ‘Janganlah engkau dikuasai marah’. Rasul mengulang-ulang jawabannya itu.[1]

 Rasulullah saw. mengajarkan kita bagaimana cara mengendalikan marah. Kiat-kiat berikut akan membantu kita mengendalikan marah.

Pertama, selalu ingat pesan Rasul saw., ‘Janganlah engkau dikuasai marah’.

Kedua, diam dan menahan lisan dari mengucapkan kata-kata yang tidak baik. Rasulullah saw. bersabda sambil mengulang-ulang, ‘Ketika engkau marah, maka diamlah. Ketika engkau marah, maka diamlah. Ketika engkau marah, maka diamlah’.[2]

Ketiga, selalu ingat bonus menggiurkan dari Allah swt., sebagaimana yang Rasulullah saw. katakan, ‘Barangsiapa mengendalikan marahnya padahal ia mampu untuk melampiaskannya, maka Allah akan memanggilnya (pada hari Kiamat) di hadapan seluruh makhluk-Nya, lalu Allah memberinya kebebasan untuk memilih bidadari mana yang ia suka untuk ia kawini’.[3]

Keempat, selalu ingat bahwa marah berasal dari syetan, dan syetan menginginkan kita celaka. Rasulullah saw. bersabda, ‘Marah itu datangnya dari syetan’.[4]

Kelima, mengucapkan ta‘awwudz (A’udzu billahi minasy syaithaanir rajim) atau zikir-zikir lainnya. Allah swt. berfirman, ‘Jika kamu ditimpa godaan syaitan maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.’ [5]

Keenam, berwudhu. Rasul saw. bersabda, ‘Sesungguhnya marah itu berasal dari syetan. Syetan diciptakan dari api, dan api dapat dipadamkan dengan air. Oleh karena itu, jika kalian dikuasai marah, maka lakukan wudhu’.[6]


[1] Hadits, riwayat Bukhari

 

[2] Hadits, riwayat Ahmad dari jalur Ibnu Abbas

[3] Hadits, riwayat Abud Dawud dan Ahmad

[4] Hadits, riwayat Abu Dawud dan Ahmad

[5] Q.s. al-A‘raf [7]: 200-201

[6] Hadits, riwayat Abu Dawud dan Ahmad

Semangat Menghadapi Hidup

18 Feb

Ajaran agama kita yang indah ini, yang kita temukan dalam firman Allah swt. dan sabda Rasul-Nya, mengajarkan kita untuk mengisi dunia dengan amal shalih dan tidak terlena dengan dunia sehingga melupakan kepentingan akhirat yang lebih utama.

Rasulullah saw. sudah mengajarkan kita doa-doa yang indah. Bacalah doa-doa berikut dengan khusyu‘, niscaya hati Anda akan hidup kembali. Anda akan siap menghadapi dunia. Dan, Anda akan bersemangat untuk mencari perbekalan akhirat.

‘Ya Allah, berikan kami rasa takut kepada-Mu yang membentengi diri kami dari berbuat durhaka pada-Mu. Berikan kami ketaatan yang menyampaikan kami kepada surga-Mu. Berikan kami keyakinan yang membuat musibah dunia menjadi terasa ringan bagi kami. Berikan kami kenikmatan atas pendengaran, penglihatan, dan kekuatan kami selama kami hidup. Jadikan orang-orang yang mewarisi kami adalah dari kalangan kami sendiri. Jadikan balasan kami tertuju kepada orang-orang yang menzalimi kami. Bantulah kami dari orang-orang yang memusuhi kami. Jangan Kau jadikan musibah yang menimpa kami terjadi pada agama kami. Jangan Kau jadikan dunia sebagai obsesi terbesar kami dan tujuan ilmu kami. Jangan Kau jadikan kami dikuasai oleh orang-orang yang tidak mengasihi kami’.

‘Ya Allah, perbaikilah agamaku yang menjadi benteng-kesucian urusanku. Perbaikilah duniaku, yang di dalamnya aku mencari penghidupan. Perbaikilah akhiratku yang merupakan tempat kembaliku. Jadikanlah kehidupan ini sebagai penambah segala macam kebaikan untuk diriku. Jadikanlah kematian yang akan aku alami sebagai pelepas-lelah dari segala macam keburukan yang menimpaku’.

Amin…

The Miracle of Shalawat

18 Feb
Beratkah membaca shalawat? Jawabnya: tidak. Membaca shalawat adalah amalan yang ringan di lisan dan mudah dilakukan. Kita bisa membacanya sambil memasak di dapur, sambil lari pagi, mengendarai motor atau mobil, naik angkot, di kantor, atau di manapun, asal bukan pada saat kita duduk di toilet.

Membaca shalawat adalah amalan ringan, namun efeknya sungguh mengagumkan. Sungguh rugi orang yang menyepelekannya.

Ibnul Jawzi al-Baghdadi dalam kitab Bustanul Waizhin menyebutkan 10 manfaat membaca shalawat, di antaranya adalah membuat wajah dan hati bersinar.

Saya akan menulis (tepatnya: menerjemahkan) salah satu dari manfaat tersebut. Bacalah baik-baik, maka Anda akan temukan manfaatnya.

Tentang shalawat dapat membuat wajah dan hati bersinar, Ibnul Jawzi mengutip berita yang disampaikan oleh Abdul Wahid bin Zayd.

Abdul Wahid bin Zayd bercerita, ‘Suatu kali aku keluar rumah menuju Baytullah al-Haram untuk melaksanakan haji. Di tengah jalan aku ditemani oleh seseorang yang seakan-akan tidak mau berdiri dan duduk, tidak mau datang dan pergi, tidak mau makan dan minum, tidak mau tidur, kecuali ia banyak membaca shalawat kepada Nabi. Lalu aku bertanya kepadanya mengapa ia banyak membaca shalawat. Ia menjawab, ‘Aku akan menceritakan kepadamu sebuah kisah ajaib. Suatu hari aku pergi menuju Mekkah bersama ayahku. Dalam perjalanan, kami singgah di suatu kampung. Pada saat itulah, aku tertidur. Dalam tidurku aku mendengar suara yang berkata kepadaku, ‘Wahai Fulan, bangunlah. Sesungguhnya Allah sudah mematikan ayahmu dalam keadaan wajahnya hitam legam’. Seketika itu juga aku terbangun, dan aku lihat ayahku sedang berbaring dalam keadaan tertutup wajahnya. Lalu aku singkap kain yang menutupi wajah ayahku, dan aku dapatkan ayahku sudah meninggal dan wajahnya hitam legam. Aku begitu sedih dengan kejadian itu, sehingga aku kembali tertidur. Pada saat tidur itu, aku bermimpi melihat 4 malaikat yang berwajah hitam di dekat kepala ayahku, dan 4 malaikat berwajah hitam di dekat kaki ayahku. Di tangan malaikat-malaikat tersebut ada tongkat-besi yang diambil dari neraka untuk menyiksa ayahku. Pada saat aku memperhatikan apa yang akan dilakukan malaikat-malaikat tersebut kepada ayahku, maka datanglah seorang laki-laki yang dari wajahnya memancar cahaya. Laki-laki itu mendatangi para malaikat tersebut sambil berkata, ‘Tinggalkan dia’. Maka malaikat-malaikat tersebut meninggalkan ayahku sampai aku tidak lagi melihat 4 malaikat itu. Lalu laki-laki itu mendatangi ayahku dan mengusap wajah ayahku dengan tangannya. Maka, wajah ayahku menjadi sangat putih, melebihi putihnya salju, dan wajah ayahku menjadi bersinar. Lalu laki-laki itu mendatangiku dan berkata, ‘Allah sudah memutihkan wajah ayahmu dan menghilangkan hitam dari wajahnya’. Aku bertanya kepadanya, ‘Siapakah engkau? Semoga Allah membalas perbuatanmu dengan kebaikan’. Laki-laki itu berkata, ‘Aku adalah Muhammad Rasulullah’. Aku berkata kepadanya, ‘Wahai Rasulullah, apa sebabnya engkau mendatangi ayahku?’ Rasulullah menjawab, ‘Semasa hidupnya, ayahmu memang sering melakukan kesalahan. Meskipun demikian, ayahmu banyak membaca shalawat kepadaku. Ketika ia sedang dicabut nyawanya, ia minta tolong kepada Allah dengan perantaraanku. Aku adalah penolong bagi siapa saja yang banyak membaca shalawat kepadaku’. Setelah itu, aku terbangun dari tidurku. Lalu aku membuka kain yang menutup wajah ayahku, dan aku lihat wajah ayahku menjadi putih. Aku segera mengurus kematiannya dan menguburkannya. Sejak saat itu, aku tidak pernah lepas dari membaca shalawat kepada Nabi’.

Mengomentari kisah tersebut, Ibnul Jawzi berkata, ‘Kalau shalawat dapat membuat wajah bersinar di saat mati, maka lebih layak lagi kalau shalawat juga dapat membuat hati menjadi bersinar ketika masih hidup. Atas dasar itulah, Allah menjadikan pribadi Rasulullah sebagai ‘sinar’. Allah menamai diri Rasulullah sebagai ‘pelita yang menyinari’ (sirajan muniran)’.

Hmmm… 

Subhanallah, begitulah dahsyatnya shalawat.

Sungguh, shalawat dapat membuat wajah kita enak dipandang, dan membuat hati kita lembut bagai salju.

Jika datang malam atau hari Jumat, maka perbanyaklah membaca shalawat. Kata Rasululullah saw.,

‘Sesungguhnya hari terbaikmu adalah Jumat. Oleh karena itu, perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari itu, karena shalawatmu itu akan naik (sampai) kepadaku. Para sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana bisa shalawat kami sampai kepadamu ketika engkau sudah dikebumikan?’. Rasul menjawab, ‘Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi untuk memakan jasad para Nabi.’
(Hadits shahih, riwayat Abu Dawud, al-Bayhaqi, dan al-Hakim)

Mari kita ucapkan shalawat kepada Nabi: Allahumma shalli ala Muhammad wa ala ali Muhammad…

Mudah, bukan?

Dengan Apa Kupanggil Namanya

18 Feb

Aku tak tau pasti esensinya: kadang timbul kadang terlupa

Ini yang membuatku gilang sepanjang malam

Kucari-cari tapi tak kutemukan ujung-pangkalnya

Payah rasanya kulalui jalan panjang ini

Kalau bukan karena semangat telah tertanam, tak mungkin setiap upaya kuretas

Mungkinkah kulalui jalan yang salah?

Aku jadi bingung sendiri

Dengan sebutan apa namanya kupanggil

Jika kusebut Tuan, bukankah lebih dari itu?

Jika kusebut Maharaja, aku seperti sahaya

Setiap upaya menggantikan namanya, ternyata sia-sia

Ingin kurobek dada ini, agar terlihat kemurnian isinya

Wahai, Engkau Tanpa Nama

Terimakasih, bahwa aliran sungai mengalir dari mataku

Kucari-cari di mana wadah untuk menumpahkannya

Kurindu airmata, karena kutahu Engkau-lah yang membuatnya tumpah ruah!

Pecinta yang Terkapar

18 Feb

Kekasih,

Engkau tahu betapa besar kerinduanku menatap wajah-Mu

Engkau lebih tahu, mengapa selalu saja ada tabir yang menghalangi pandanganku

Kekasih,

Lama aku mencari-Mu, namun tak kunjung tiba Kau sambut aku

Jika Kau ingin aku merangkak di bawah Kaki Kebesaran-Mu akibat kegelapanku, izinkan aku mengusap kelembutan keagungan-Mu

Kekasih,

Aku percaya bahwa Kau tidak akan bosan merawat nasib pecinta-Mu, seburuk apa pun rupa lakunya

Jadikan rasa percayaku itu, mencukupi kebutuhanku akan diri-Mu

Kekasih,

Jangan tinggalkan aku dengan luka yang terus menganga

Jangan campakkan aku dengan keterasingan mencekam

Jangan usir aku dari rumah-Mu

Jangan telanjangi aku dengan kekerasan-Mu

Kekasih, kini lihatlah aku!