Tag Archives: qana’ah

Ingat-ingat Pesan Mama (Special for Women)

12 Mei

Inilah pesan paling indah sepanjang masa buat orang-orang yang menginginkan indahnya rumahtangga dan harmonisnya perkawinan. Pesan ini melintas batas waktu dan zaman.

Baiklah, saya kembali memulainya dengan sebuah kisah, sebagaimana Ibnul Jauzy menulisnya dalam kitab Ahkam an-Nisa’.

Dahulu kala, ada seorang raja di negeri Yaman yang bernama al-Harits bin Amru al-Kindi. Ia mendengar berita bahwa ada seorang wanita yang terkenal dengan kecantikannya. Wanita itu adalah putri Awf al-Kindi. Lalu sang raja mengutus seorang wanita yang bernama Asham, sebagai comblang, kepada keluarga Awf untuk membuktikan langsung kebenaran berita itu.

Maka berangkatlah Asham menuju rumah Awf. Sesampainya Asham di sana, ia diterima oleh istri Awf yang bernama Umamah binti al-Harits. Asham mengabarkan maksud kedatangannya. Lalu Umamah menemui salah satu putrinya, yang dimaksud oleh Asham. Dari dalam kamarnya, Umamah berkata kepada putrinya, ‘Wahai putriku, sesungguhnya di luar ada bibimu yang datang kepadamu untuk ‘memperhatikan’ sebagian urusanmu. Keluarlah engkau. Temui dia. Jangan kau sembunyikan apapun darinya. Berbicaralah kepadanya sesuai pembicaraan yang dimaksud olehnya’.

Singkat kisah, Asham kembali ke sang Raja, mengabarkan apa yang ia lihat. Ia kabarkan bahwa wanita yang ditemuinya adalah seorang wanita yang wajahnya putih bersih layaknya cermin dan untaian rambutnya tersusun indah.

Sang Raja bulat hati melamar putri Awf. Lamaran diterima, dan Awf, sang ayah, menikahkannya dengan putrinya.

Pada malam pertama, Umamah, sang ibu, mendatangi putrinya. Sang ibu memberinya nasihat berharga sebagai bekal perkawinannya. 

Sang ibu berkata, ‘Wahai putriku, engkau akan pergi dari rumah tempat engkau dibesarkan menuju seorang lelaki yang belum engkau kenal dan kepada seorang teman yang belum tentu dekat. Jadilah engkau seperti hamba-sahaya terhadapnya, niscaya ia akan menjadi hamba-sahaya bagimu juga. Jagalah baik-baik 10 perkara, maka engkau akan bahagia: 

Pertama dan kedua, bergaullah dengannya dengan sikap merasa-cukup (qana’ah) dan dengarkan baik-baik ucapannya dan taatlah padanya. Sesungguhnya dalam sikap merasa-cukup ada ketentraman hati, sedangkan dalam mendengar dan taat ada keridhaan Tuhan.

Ketiga dan keempat, perhatikanlah tempat tatapan matanya dan penciumannya tertuju. Jangan sampai matanya tertuju kepada dirimu di saat engkau dalam keadaan jelek dan jangan sampai penciumannya tertuju kepada dirimu di saat dirimu kurang wangi.

Kelima dan keenam, perhatikanlah waktu tidur dan makannya, karena panasnya lapar dapat membakar perasaan dan kurangnya tidur dapat menimbulkan marah.

Ketujuh dan kedelapan, jagalah hartanya dan perhatikan kemuliaannya dan keluarganya. Mengatur harta secara baik adalah dengan cara melakukan takaran yang baik, dan menjaga keluarga secara baik adalah dengan cara mengatur yang baik pula.

Kesembilan dan kesepuluh, janganlah engkau melawan perintahnya dan jangan bongkar rahasianya. Jika engkau melawan perintahnya, berarti engkau membuatnya dadanya cemburu. Jika engkau bongkar rahasianya, maka engkau tidak akan aman dari tipu-dayanya. Janganlah engkau bergembira di hadapannya di saat ia sedang bersusah hati, dan jangan pula engkau bermuram durja di saat ia sedang bahagia.

Begitulah…

Karakter Orang yang Percaya dengan Qadha Allah swt.

14 Mar

Percaya kepada qadha (ketentuan) Allah swt. adalah salah satu rukun iman. Dengan beriman kepada qadha Allah maka kita akan memiliki karakter sebagai berikut.

Pertama, merasa ridha dengan apa yang terjadi terhadap diri kita, karena semuanya itu adalah kehendak Allah. Bisa jadi, apa yang tidak baik menurut pandangan kita, justru membawa kebaikan untuk kita. Begitu pula sebaliknya. Allah lebih tahu apa yang baik dan buruk untuk diri kita.

Allah berfirman, ‘… Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia membawa kebaikan untukmu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia membawa keburukan untukmu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui’. (Q.s. al-Baqarah/2: 216)

Oleh karena itu, orang yang beriman kepada qadha Allah, maka ia akan bersabar ketika ditimpa musibah, dan bersyukur ketika diberi nikmat. Begitulah karakter orang beriman.

Menurut pengakuan Shuhaib radhiyallahu anhu Rasulullah saw. pernah bersabda, ‘Sungguh fantastis kehidupan orang beriman, karena seluruh urusannya membawa kebaikan. Tidak ada orang yang seperti itu kecuali orang beriman. Jika ia mendapatkan musibah, ia bersabar, maka yang demikian itu membawa kebaikan baginya. Jika ia mendapatkan nikmat, ia bersyukur, maka yang demikian itu membawa kebaikan baginya’. (Hadits, riwayat Muslim)

Kedua, tidak merasa dengki dengan orang yang diberi nikmat. Orang yang beriman kepada qadha Allah percaya bahwa rizki datang dari-Nya dan Ia memberi kadar rizki yang berbeda untuk setiap makhluknya.

Ketiga, memiliki jiwa yang mulia dan hati yang qana‘ah (merasa-cukup)

Keempat, menyerahkan segala urusan-hidup kepada Allah dengan lapang dada dan hati yang senang

Kelima, bersungguh-sungguh dalam berusaha tanpa dihinggapi rasa lemah dan malas. Semua ini dilakukan untuk mengikuti tuntunan Rasulullah, di mana beliau bersabda, ‘Bersungguh-sungguhlah melakukan sesuatu yang mendatangkan manfaat untuk diri kalian, mintalah pertolongan kepada Allah, dan janganlah kalian lemah. Jika kalian ditimpa sesuatu yang kurang menggembirakan, janganlah kalian berkata, ‘Kalau saja aku melakukan begini, pasti hasilnya juga begini’. Namun, katakanlah, ‘Allah sudah menakdirkannya dan menghendakinya’. (Hadits, riwayat Muslim)

Keenam, memiliki cita-cita yang kuat dan pantang menyerah. Muslim adalah orang yang tahan banting. Baginya, hidup adalah perjuangan.