Tag Archives: iblis

Apa Jadinya Jika Tuhan Tidak Menciptakan Hawwa?

9 Mei

Apa jadinya jika Tuhan tak mencipta sang Hawwa/Apa jadinya hidup kita tanpa hadir mereka/Kelangsungan manusia terletak di pundak seorang wanita/Terimakasih ohhh ibuku/Kasih sayang sepanjang hidupmu/Dengan senyummu terbuka pintu surgaku/

Itulah penggalan lirik lagu yang berjudul Terimakasih Ibu yang disenandungkan oleh grup musik asal Bandung, Sugar Cane. Master-copy lagu ini dikirim ke saya lewat perantara Hendra ‘Ken’ Fauzi, sahabat lama saya, yang terlibat dalam manajemen band Sugar Cane.

Menurut saya, lagu ini liriknya bagus. Manis didengar semanis sugar (gula) dan suara vokalis-nya bening Sebening Mata Air. Musiknya apik. Digarap dengan serius. Punya citarasa tersendiri. Lagu ini bercerita tentang kewajiban sang anak  untuk bersyukur dan berbakti terhadap orangtua, lebih-lebih kepada ibu. Lagu ini mungkin tidak dirancang untuk masuk dalam genre musik religi, namun saya kira isinya agamis, artinya selaras dengan pesan agama. Lagu ini bisa dinikmati oleh para remaja atau anak sekolah. Daripada mendengarkan lagu yang destruktif, lebih baik mendengarkan lagu-lagu seperti ini. (Buat pembaca yang kurang sreg dengan lagu dan musik, silakan baca tulisan saya sebelumnya: Haramkah Mendengarkan Nyanyian dan Musik?)

Gara-gara lagu itu, saya jadi ‘dipaksa’ menulis lagi, setelah sekian lama tidak menulis di blog ini. Bukan karena saya kehabisan bahan untuk menulis, tapi karena kebodohan saya membagi waktu. Waktu saya sebagian besar habis dalam majlis-majlis ilmu. Selain untuk menambah wawasan keilmuan saya, tentu saja majlis-majlis ilmu memberi saya peluang untuk melayani umat. Harap maklum, saya ini pelayan, alias jongos.

Baiklah, saya akan mulai menulis dari soal ibu kita, nenek moyang kita, yaitu Hawwa alayhassalam.

As-Suddi meriwayatkan dari Abu Shalih dan Abu Malik, dari Ibnu Abbas, dari Murrah, dari Ibnu Mas‘ud, dari kalangan para sahabat Rasulullah, bahwa mereka berkata, ‘Iblis dikeluarkan dari surga dan Adam ditempatkan di surga. Lalu, Adam merasa kesepian mondar-mandir di surga, lantaran ia tidak punya teman-hidup yang dapat membuatnya tentram. Di saat Adam tertidur dan ia terbangun dari tidurnya, ia melihat seorang wanita yang sedang duduk di sisi kepalanya. Wanita ini diciptakan Allah dari tulang rusuknya. Adam bertanya kepadanya, ‘Siapakah gerangan engkau?’ Yang ditanya menjawab, ‘Aku seorang wanita’. Adam kembali bertanya, ‘Untuk apa engkau diciptakan?’ Wanita itu menjawab, ‘Agar engkau tentram di sisiku’.

Untuk menguji ilmu Adam, para malaikat pun bertanya, ‘Wahai Adam, siapa nama wanita itu?’ Adam menjawab, ‘Hawwa’. Para malaikat kembali bertanya, ‘Mengapa disebut Hawwa?’ Adam menjawab, ‘Li annaha khuliqot min syay’in hayyin – karena ia diciptakan dari sesuatu yang hidup’.

Begitulah yang ditulis Imam Ibnu Katsir ad-Dimasyqi as-Syafii dalam kitab Qoshosh al-Anbiya’  ketika menceritakan penciptaan Hawwa dari tulang rusuk Adam.

Dr Amru Khalid dalam kitab Inni Ja’ilun fil Ardhi Khalifah mengatakan bahwa Hawwa disebut Hawwa karena mengandung tiga makna. Makna pertama, lantaran Hawwa berasal dari kehidupan (li annaha min al-hayat). Ia tidak diciptakan dari tanah (sebagaimana Adam) namun ia diciptakan dari diri Adam sendiri. Dengan makna ini, artinya kehidupan tidak sempurna tanpa seorang Hawwa. Kenikmatan dunia dan nilai dunia menjadi cacat kecuali dengan kehadiran Hawwa. Makna kedua, Hawwa berarti al-ihtiwa’ (mengisi peran), karena dengan itulah ia mengisi hidup Adam. Seorang wanita bisa mengisi hidupnya dengan berperan sebagai seorang ibu, anak, saudara, bahkan seorang ayah. Makna ketiga, Hawwa berarti al-haya’ (malu). Dengan makna ini, seorang wanita perlu punya rasa malu.

Hawwa adalah wanita paling cantik di dunia. Kemungkinan posturnya tinggi, puluhan meter. Dalam sebuah hadits shahih, Adam digambarkan tingginya adalah 60 hasta (30 meter). Untuk mengimbangi postur Adam, bisa jadi postur Hawwa menyamai posturnya Adam. Begitu tingginya postur Hawwa, hingga ada riwayat yang mengatakan bahwa tempat terdalam dari Laut Merah hanyalah seukuran lututnya Hawwa. Masya Allah…

Hawwa dimakamkan di Jeddah, tidak jauh dari Laut Merah. Karena keberadaan Hawwa, kotanya disebut Jeddah, artinya Nenek Moyang. Untuk berziarah ke makam Hawwa tidak mudah. Paling-paling, para peziarah hanya berdiri dan berdoa di depan pintu kompleks makamnya yang bertuliskan ‘Maqbaroh Ummina Hawwa’ – Kuburan Ibu Kita Hawwa. (Maklum, negara Arab Saudi agak ketat soal ziarah kubur. Saking ketatnya, kadang over-acting alias berlebihan). Bahkan, tidak sedikit peziarah yang naik ke atas pohon yang tumbuh di pinggir tembok kompleks makam, sekedar untuk melongok ke dalamnya, menghilangkan rasa penasaran mereka. Beruntung, suatu kali, ketika pintu kompleks makam terbuka dan satpam-nya lengah, saya nekat menerobos masuk ke dalam area makam Hawwa, dan dari dalam area tersebut saya melihat dan memotret bentuk makam yang ukurannya panjang-panjang. Sewaktu saya kecil, ibu saya memang pernah menceritakan tentang panjangnya ukuran makam di kompleks makam Hawwa. Dan memang begitulah yang saya saksikan. Wallahu a’lam.

Setelah Hawwa, wanita tercantik di dunia adalah Sarah, istri Nabi Ibrahim. Pantaslah kalau Nabi Yusuf terkenal dengan ketampanannya, karena ia adalah titisan (cicit) Sarah. Yusuf adalah anak Ya‘qub. Ya‘qub adalah anak Ishaq. Ishaq adalah anak Ibrahim dan Sarah. Karena ketampanan Nabi Yusuf, banyak ibu hamil yang membaca Surat Yusuf ketika hamil, berharap anaknya setampan/secantik Yusuf. Hehehehhe…

Dalam ajaran Islam, wanita memang punya kedudukan mulia. Bahkan, al-Quran merekam banyak figur wanita yang menghiasi perjalanan peradaban manusia. Di antaranya adalah: kisah Ibu Musa dan saudari Musa, kisah Asiyah (istri Firaun), kisah putri Nabi Syuaib (sejarawan menyebutnya: Shafura), kisah Maryam, bunda Isa. Dan, tidak ketinggalan, peran Khadijah, yang membantu Rasulullah dalam perjuangan awalnya memperkenalkan ajaran Islam kepada masyarakat Quraisy Makkah.

Begitu pentingnya peran wanita dalam kehidupan, sehingga wanita-wanita perkasa itu sering ditambahi dengan gelar Siti. Siti adalah kependekan Sayyidati (Junjunganku atau Yang Dipertuan). Sehingga, dalam masyarakat muncullah nama-nama seperti: Siti Hawwa, Siti Asiyah, Siti Maryam, Siti Khadijah, Siti Aisyah, Siti Sarah, Siti Fathimah, Siti Zaynab, dan sebagainya. Sedangkan untuk kaum lelaki yang hebat, gelar tambahannya adalah Sidi. Sidi adalah kependekan dari Sayyidi (Junjunganku atau Yang Dipertuan). Tentu saja, gelar-gelar ini adalah bentuk penghormatan terhadap keluhuran pribadi seseorang yang dikenal dengan kebajikan hidupnya.

Oleh karena itulah, ketika seseorang bertanya kepada Rasulullah tentang prioritas bakti kepada orangtua, maka Rasulullah menjawabnya: ibumu dulu… ibumu dulu… ibumu dulu… baru ayahmu. Bakti kepada ibu disebut tiga kali. Itu artinya lebih diprioritaskan. Makanya, surga berada di bawah kaki ibu. Maksudnya, ganjaran berbakti kepada ibu adalah surga. Beruntunglah orang yang masih mempunyai ibu. Dengan begitu, ia punya peluang untuk mendapatkan surga. Senyum seorang ibu kepada sang anak, sebagai tanda ke-ridha-annya, membuat pintu-pintu surga terbuka. Bakti kepada orangtua tidak hanya ketika mereka masih hidup. Ketika mereka sudah wafat, sang anak tetap punya kewajiban untuk berbakti kepada keduanya, yaitu dengan cara mendoakan mereka, memohonkan ampun untuk mereka, berbuat baik atas nama mereka, dan menyambung persaudaraan dengan sahabat-sahabat mereka yang masih hidup.

Mungkin Anda pernah mendengar sebuah kisah masyhur (populer) yang terjadi di zaman Rasulullah, yaitu kisah tentang seorang lelaki yang lebih mementingkan istrinya daripada ibunya sendiri. Lelaki ini bernama Alqamah. Karena ia lebih mementingkan istrinya, sang ibu marah dan sakit hati terhadap Alqamah. Akibatnya sungguh tragis, sang anak tidak mampu mengucap kalimat tauhid (syahadat) ketika sakaratul maut. Rasulullah pun heran dengan kejadian ini, padahal Alqamah termasuk lelaki shalih, rajin shalat, puasa, sedekah, dan lainnya. Lalu Rasulullah memerintahkan para sahabatnya untuk membakar Alqamah di depan ibunya. Akhirnya, sang ibu tidak tega anaknya dibakar di depannya. Sang ibu lalu ridha kepadanya. Alqamah akhirnya mampu mengucap kalimat tauhid di saat malaikat maut menjemput ajalnya.

Imam Ahmad dan Imam at-Thabrani meriwayatkan hadits tentang kisah tersebut. Kisah ini memang menjadi perhatian di kalangan para ulama sejak dulu, lebih-lebih dari para ahli hadits. Imam as-Suyuthi dan Imam al-Haytsami, misalnya, menilai kisah tersebut tidak benar, karena periwayat hadits yang menceritakan kisah itu, yaitu Fa’id bin Abdurrahman, dinilai cacat alias tidak kredibel.

Baiklah, kita anggap saja kisah Alqamah itu fiktif alias tidak ada. Namun, pesan moralnya jangan dilupakan. Bukankah ada hadits yang menyatakan bahwa Rasulullah bersabda, ‘Ridha Allah ada pada ridha orangtua, dan murka Allah ada pada murka orangtua’? Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi.

Kembali ke soal Hawwa.

Karena Hawwa diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok, maka perlakuan terhadap wanita perlu ekstra hati-hati. Jika mau diluruskan secara ekstrem, maka rusuk itu akan patah. Jika wanita didiamkan dalam kebengkokannya, maka ia semakin bengkok. Serba salah, memang. ‘Hendaknya kalian berlaku baik-baik terhadap wanita’, begitu pesan Rasulullah. Di lain kesempatan, Rasulullah juga berpesan, ‘Sebaik-baik suami adalah yang berbuat baik terhadap istrinya’. Wanita yang dimaksud oleh Rasulullah itu bukan hanya istri, namun juga mencakup ibu, anak wanita dan seterusnya ke bawah, saudara yang wanita, keponakan yang wanita, dan wanita pada umumnya.

Sungguh, apa jadinya jika Allah tidak menciptakan seorang Hawwa, atau seorang ibu, atau seorang wanita. Dunia bakal hampa. Namun, kaum wanita perlu juga menengok ke-Hawwa-an mereka. Adam dari tanah, sehingga fungsi kaum lelaki adalah memakmurkan bumi (dunia). Hawwa dari rusuk Adam, sehingga fungsi kaum wanita adalah menjadi mitra internal dan supporter paling dekat terhadap lelaki. Jika kaum wanita menyadari hal ini, niscaya dunia semakin tentram jadinya.

Ala kulli hal, mari kita hormati wanita dan kita muliakan ibu kita.

Lowongan Kerja dan Cara Membuat Curriculum Vitae yang Bombastis

22 Jan

Bayangkan, ada seseorang datang kepada Anda minta pekerjaan. Dia datang dengan membawa selembar Curriculum Vitae.

Membaca Curriculum Vitae-nya, Anda akan merasa kagum akan prestasinya. Tidak dapat disangkal ia adalah seorang pekerja keras, profesional, dan mahir di segala bidang.

Berikut ini adalah Curriculum Vitae-nya.

Nama : Iblis
Gelar : Syetan
Alamat Sementara : Hati orang yang lalai
Alamat Tetap : Neraka Jahannam
Kantor : Tempat-tempat yang kotor dan penuh kemaksiatan
Pekerjaan : Pembina Kesesatan
Jabatan : Panglima Tinggi Kekufuran dan Syirik
Pangkat/Golongan : Pembangkang Utama
Kekuasaan : Lemah sekali
SK Masa Kerja : Sejak menolak bersujud kepada Adam sampai hari Kiamat
Modal Kerja : Angan-angan
Cara Kerja : Bertahap
Sumber Usaha : Semua yang haram
Cita-cita : Semua manusia masuk neraka
Hobi : Menjerumuskan dan menyesatkan
Istri : Semua yang terbuka auratnya
Jaringan dan Massa : Syetan dari kalangan jin dan manusia
Alat Kampanye Favorit : Wanita, seks, dan harta
Kutipan Favorit : ‘Aku lebih baik dari siapapun’
Tempat Favorit : Pasar, mall, dan tempat-tempat kotor
Teman Favorit : Orang munafik dan anti kebenaran
Yang paling disenangi dari manusia : Gosip, menjelek-jelekan orang, dan mengintip keburukan orang
Yang membuatnya menangis : Istighfar, zikir, doa, sujudnya manusia
Yang paling ditakuti : Orang beriman, bertakwa, dan senantiasa ingat Allah

Jika ada yang datang kepada Anda membawa lamaran kerja dengan curriculum vitae di atas, apakah Anda mau menerimanya sebagai karyawan Anda, atau bahkan sebagai tangan kanan bisnis Anda? 🙂

Kata Allah swt, ‘Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia sebagai musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak kelompoknya agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala’ (al-Quran surat Fathir/35: 6)

[ ]

Note:

Curriculum Vitae Iblis diadaptasi dari kitab Wiqoyah al-Insan min al-Jinn wa al-Syaythan, karangan Syaikh Wahid Abdussalam Bali (Edisi Revisi, Dar al-Basyir, Kairo, 1422 H)

Download Video Hot: Racun Berbisa yang Paling Banyak Dicari

13 Jun

Salah satu  nikmat Allah swt. yang besar manfaatnya adalah nikmat melihat. Oleh karena itu, nikmat tersebut harus digunakan di jalan ketaatan. Sebagai bentuk syukur atas nikmat penglihatan, Allah swt. memerintahkan kita untuk menundukkan pandangan dari melihat hal-hal yang tidak baik, sebagaimana firman-Nya,

‘Katakanlah kepada laki-laki yang beriman agar mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya, karena yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakan juga kepada wanita yang beriman agar mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya…’ (Q.s. an-Nur/24: 30-31)

Menurut Ibnu Katsir, ‘Dengan ayat ini Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman agar menundukkan pandangan mereka dari segala sesuatu yang diharamkan (untuk dilihat). Oleh karena itu, jangan melihat sesuatu kecuali yang dibolehkan. Jika pandangan seseorang beradu dengan sesuatu yang haram tanpa bermaksud melihatnya, maka hendaknya ia mengalihkan pandangannya dengan segera’.

Yang dimaksud menundukkan pandangan adalah ‘menjaga pandangan agar tidak liar’. Rasulullah saw. bersabda,

‘Pandangan adalah panah yang beracun, yang merupakan salah satu panahnya Iblis’. (Hadits, riwayat Ahmad dan al-Hakim)

Baca lagi sabda Rasul saw. di atas. Perhatikan, bahwa beliau saw. mengumpamakan pandangan dengan panah yang beracun. Sekarang, bayangkan sebuah panah beracun keluar dari busurnya, kemudian tepat menikam jantung Anda. Apa yang terjadi? Tidak lama kemudian Anda pun mati. Ya, Anda mati karena tikaman racunnya!

Racunnya bukan hanya itu. Rasulullah saw. juga bersabda,

 ‘Seorang wanita (istri) tidak boleh melihat wanita lain untuk menggambarkan wanita tersebut kepada suaminya, sehingga seakan-akan suaminya sedang melihat wanita tersebut’. (Hadits, riwayat Bukhari)

Mengapa Rasulullah saw. melarang seorang istri menggambarkan wanita lain kepada suaminya? Supaya suami tidak tergerak syahwatnya dan berhasrat kepada wanita tersebut, seakan-akan ia sedang langsung melihat sendiri wanita tersebut!

Kita dapat menganalogikan larangan memandang lawan jenis dengan larangan Allah swt. kepada Adam dan Hawa alayhimas salam untuk makan buah yang terlarang di surga. Allah swt. tidak mengatakan, ‘Jangan kalian makan buah ini’, melainkan ‘Jangan kalian dekati pohon ini’. Artinya, mendekati saja dilarang, apalagi memakannya!

Betapa halusnya ucapan Rasulullah saw. ketika ia  bersabda, ‘Allah menetapkan larangan-larangan, oleh karena itu jangan kalian dekati. Barangsiapa bermain-main di sekitar larangan-larangan itu, aku kuatir ia akan terperosok ke dalamnya’. (Hadits, riwayat Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, Abu Dawud, an-Nasa’i, dan Ibnu Majah).

Sekali Anda memandang yang haram, maka hati Anda menjadi goyah dan iman menjadi lemah. Sekali Anda memandang yang haram, maka Anda akan didera penderitaan yang panjang, karena hati Anda kini dijerat syahwat membara. Sekali Anda memandang yang haram, Iblis siap mengantar Anda menuju pintu-pintu kemaksiatan.

Na‘udzu billah…

Obat Hati

15 Mar

Kata Sayyiduna Ali radhiyallahu anhu, ‘Orang beriman itu, jika memandang suatu hal atau peristiwa, maka ia mengambil pelajaran. Jika diam, ia merenung (tafakur). Jika berbicara, maka bicaranya menggugah dan mengingatkan orang. Jika ditimpa musibah, ia bersabar. Jika mendapat kesenangan, ia bersyukur’.

Kata Hatim al-Asham rahimahullah, ‘Tanda orang beriman adalah melakukan ketaatan sambil menangis, sedangkan tanda orang munafik adalah meninggalkan amal sambil tertawa’.

Kata Fudhayl bin Iyadh rahimahullah, ‘Orang beriman itu seperti orang yang menanam bibit kurma dan ia takut kalau-kalau yang tumbuh adalah semak dan duri. Sedangkan orang munafik seperti orang yang menanam bibit duri dan ia berharap akan berbuah kurma’.

Kata Wahb bin Munabbih rahimahullah, ‘Siapa saja yang mencari dunia dengan amalan akhirat, maka Allah swt. akan menjungkirbalikkan hatinya dan mencatat nama-Nya dalam daftar ahli neraka’.

Kata Syaikh Abul Hasan as-Sadzili rahimahullah, ‘Dunia adalah anak perempuannya Iblis. Siapa saja yang ingin melamarnya, pastilah ia mondar-mandir datang kepada bapaknya. Jika ia sudah masuk ke dalamnya, maka ia akan berikan segala yang ia punya’.

Kata Abu Najih rahimahullah, ‘Jika orang beriman tidak melakukan maksiat kepada Tuhan-nya, niscaya ketika ia bersumpah atas nama Allah untuk menghilangkan gunung, maka pastilah sumpahnya itu dikabulkan Allah’

Kata Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad rahimahullah, ‘Barangsiapa yang memandang dirinya dengan pandangan kemuliaan sementara ia memandang orang lain dengan pandangan kehinaan, maka ia termasuk orang sombong’

Antara Blogger dan Syetan

24 Feb

Said al-Khudry radhiyallahu anhu bercerita, ‘Aku bermimpi melihat Iblis sedang bergelantungan, sehingga aku berniat memukulnya dengan tongkat. Lalu, Iblis berkata kepadaku, ‘Wahai Abu Said, bukankah engkau sudah tahu bahwa aku tidak takut dengan tongkat dan pedang’.

Said al-Khudry berkata, ‘Wahai yang terkutuk, jadi apa yang membuatmu takut?’

Iblis berkata, ‘Aku hanya takut dengan dua hal. Yang pertama, isti‘adzah-nya orang yang mohon perlindungan. Yang kedua, cahaya makrifat-nya orang yang lurus’.

Iblis berkeliaran di mana-mana. Di kantor, di mall, di jalan, di rumah, bahkan di internet. Lebih parah kalau Iblis sudah ‘ngantor’ di hati kita. Iblis memang pintar mengecoh kita. Jika kualitas hati kita baik, maka ia susupi dengan sesuatu yang terlihat ‘baik’. Banyak pengelola blog yang terkena susupan ini. Alih-alih mempersatukan umat, yang ada tanpa sadar menelanjangi kelompok lain yang tidak sejalan dengan ideologi kelompoknya. Iblis paling pandai melakukan itu. Blog-blog yang bernuansa fiqh banyak bertebaran. Sedikit sekali yang toleran dengan perbedaan. Karena tema yang diangkat kontroversial, maka rating blog-nya menjadi naik. Pemilik blog menjadi bangga. Syetan pun terkekeh-kekeh sambil kipas-kipas.

Kalau saja kita ahli makrifat, Iblis tentu dengan mudah kita sikat. Tapi, kalau kualitas kita baru sebatas ahli sikat-sana-sikat-sini, kita perlu melakukan isti’adzah.

Istia’dzah artinya mencari perlindungan kepada Allah dengan mengucapkan:
A’udzu billahi minas syaithanirrajim (aku berlindung kepada Allah dari syetan yang terkutuk).

Mudah bukan? Tapi, jangan disepelekan…