Tag Archives: babi

Hikmah Turunnya Nabi Isa pada Akhir Zaman

1 Jul

Salah satu tanda akan terjadinya kiamat besar adalah turunnya Nabi Isa alayhissalam dari langit ke bumi. Sebagian orang menganggap Nabi Isa sudah wafat. Yang benar adalah beliau diangkat oleh Allah ke langit, bersama ruh dan badannya. Dengan demikian, beliau masih hidup di langit dan akan turun pada akhir zaman. Ini adalah salah satu keyakinan mazhab Ahlus Sunnah wal Jamaah.

Hadits-hadits yang membicarakan turunnya Nabi Isa pada akhir zaman sangat banyak. Menurut Ibnu Katsir lebih dari 18 hadits. Mayoritas haditsnya mutawatir, karena lebih dari 25 orang sahabat meriwayatkannya, lebih dari 30 orang tabi‘in meriwayatkannya, dan lebih banyak lagi dari kalangan tabi‘ at-tabi‘in. Sehingga tidak mengherankan hadits-hadits tentang turunnya Nabi Isa disebutkan imam-imam hadits dalam kitab-kitab hadits mereka. 

Ada orang alim dari India yang mengumpulkan hadits-hadits itu dalam satu buku. Namanya Syaikh Muhammad Anwar Syah al-Kasymiri, yang menuliskannya dalam karyanya at-Tashrih bi Ma Tawatir fi Nuzul al-Masih.

Mengapa Allah swt. menurunkan Nabi Isa pada akhir zaman? Beberapa ulama menyebutkan hikmahnya, antara lain: 

Pertama, sebagai bentuk sanggahan terhadap orang-orang Yahudi yang menduga bahwa mereka telah membunuh Isa. Maka Allah menjelaskan kebohongan dugaan mereka, bahkan Nabi Isa sendiri yang akan membunuh orang-orang Yahudi dan gembong mereka yang bernama Dajjal. 

Kedua, sebagai bentuk sanggahan kepada orang-orang Nashrani yang telah menyifatinya dengan sifat-sifat yang tidak benar, seperti bahwa Isa adalah Tuhan dan anak Tuhan. Nabi Isa akan menghancurkan salib, membunuh babi, dan memberlakukan jizyah (upeti terhadap non-Muslim). 

Ketiga, Nabi Isa membaca Injil yang di dalamnya ada berita tentang keistimewaan ummat Muhammad saw. Oleh karena itu, beliau berdoa kepada Allah agar menjadikannya salah satu ummat Muhammad. Allah mengabulkan doanya dengan mengangkatnya ke langit, dan pada akhir zaman akan diturunkan kembali ke bumi. Ayat yang dibaca Isa dalam Injil adalah sebagaimana yang dijelaskan al-Quran surat al-Fath ayat 29,

 ‘…Demikianlah sifat-sifat mereka (ummat Muhammad) dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, sehingga tunas itu membuat tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas akarnya…’ 

Imam Malik rahimahullah berkata, ‘Telah sampai informasi kepadaku bahwa ketika orang-orang Nashrani melihat sahabat-sahabat Rasul yang berhasil menguasai negeri Syam, mereka berkata, ‘Demi Allah, sesungguhnya mereka lebih baik dari al-Hawariyyin (para sahabat Nabi Isa)’.’

Bahkan, Imam adz-Dzahabi dalam karyanya Tajrid Asma’ al-Shahabah berkata, ‘Isa bin Maryam adalah seorang Nabi sekaligus sahabat Rasulullah, karena beliau pernah melihat Rasulullah pada malam Isra, lalu beliau mengucapkan salam kepada Rasulullah. Beliau adalah sahabat Rasulullah yang matinya paling akhir’. 

Keempat, turunnya Nabi Isa ke bumi adalah menandakan bahwa ajalnya sudah dekat dan akan dikuburkan di bumi, karena makhluk yang tercipta dari tanah akan kembali ke tanah.

Kelima, sebagai bentuk penghormatan bahwa Rasulullah lebih mulia dibanding dirinya. Bahkan Nabi Isa pernah berkata kepada para ummatnya bahwa akan datang seorang Rasul sesudahnya. Dalam al-Quran, perkataan Nabi Isa itu terdapat dalam surat as-Shaff ayat 6,

‘Dan (ingatlah) ketika Isa Ibnu Maryam berkata, ‘Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, yang membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)…’ 

Lalu, ketika Nabi Isa turun ke bumi, apakah beliau membawa agama baru? Jawabnya: beliau turun tidak membawa agama baru, karena Islam adalah agama paling akhir dan tidak ada Nabi setelah Muhammad saw. Nabi Isa turun untuk menjadi pengikut umat Muhammad saw,  menjadi hakim (pemimpin) yang adil, menghancurkan salib, membunuh babi, memberlakukan upeti (jizyah) terhadap non-Muslim, dan meluruskan umat untuk kembali kepada ajaran-ajaran Islam.

Nama Terindah

2 Mar

Suatu kali Rasulullah saw. datang ke kampung Bani Salamah di Madinah. Pada saat itu, hampir semua penduduknya memiliki dua atau tiga nama. Jika mereka dipanggil dengan salah satu nama tersebut, mereka berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya yang dipanggil tidak suka dengan panggilan ini’.

Atas kejadian ini, maka Allah swt. menurunkan wahyu,

‘…Jangan memanggil (orang lain) dengan gelar yang mengandung ejekan, karena seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang fasik sesudah iman …’ (Q.s. al-Hujurat/49: 11)

Suatu kali Rasulullah saw. bersabda, ‘Jika seseorang berkata kepada saudaranya: ‘Ehh kafir’, maka salah satunya berdosa, meskipun yang dikatakannya adalah benar adanya. Jika tidak, maka ucapan itu berpulang kepada yang mengatakannya’. (Hadits, riwayat Bukhari dan Muslim)

Abur Dzar r.a. pernah mendengar Rasulullah saw. suatu hari bersabda, ‘Barangsiapa yang memanggil saudaranya dengan sebutan kafir atau mengatakan, ‘Ehh… musuh Allah’, padahal yang dipanggil tidak seperti itu, maka panggilannya itu berpulang kepada yang mengucapkannya’. (Hadits, riwayat Bukhari dan Muslim)

Dengan demikian, Allah swt. dan Rasul-Nya melarang kita memanggil saudara kita yang beriman dengan panggilan buruk, seperti: hai fasik, hai kafir, hai musuh Allah, hai anak haram, hai anjing, hai babi, hai tolol, atau panggilan lain yang tidak enak didengarnya. Sebaliknya, kita dianjurkan memanggil saudara kita dengan panggilan yang menyenangkannya. Memanggil saudara kita dengan panggilan yang menyenangkannya termasuk ibadah. Kita akan mendapatkan pahala dengan perbuatan itu. Oleh karena itu, mulai sekarang panggillah saudara kita dengan panggilan yang menyenangkannya. Ketika ia senang dengan panggilan itu, maka ia akan mencintai kita.

Bagaimana selama ini kita memanggil istri, suami, dan anak-anak kita?