Tag Archives: debat

Apakah Allah Ada?: Belajar dari Debat Orang Beriman dengan Atheis

16 Jun

Suatu hari, terjadi perdebatan antara orang beriman yang cerdas dengan seorang atheis. Si atheis bertanya, ‘Anda percaya dengan adanya Allah?’

Orang beriman (mukmin) itu menjawab, ‘Ya, saya yakin dan tidak ragu sama sekali’.

Si atheis bertanya lagi, ‘Apakah Anda pernah melihat tuhan Anda?’

Si mukmin menjawab, ‘Belum’.

Si atheis bertanya lagi, ‘Apakah engkau pernah mendengar suaranya?’

Si mukmin menjawab, ‘Belum pernah sama sekali’.

Si atheis masih bertanya, ‘Apakah Anda pernah mencium baunya dan menyentuhnya?’

Si mukmin menjawab, ‘Tidak pernah’.

Terakhir, si atheis berkata, ‘Kalau begitu, bagaimana engkau bisa percaya dengan keberadaan Allah, Tuhanmu itu?’

Kini, giliran si mukmin berkata, ‘Saya tidak akan banyak tanya. Sekarang saya tanya: apakah Anda pernah melihat akalmu?’

Si atheis menjawab, ‘Tidak pernah’

Si mukmin bertanya lagi, ‘Apakah Anda pernah mencium baunya dan menyentuhnya?’

Si atheis menjawab, ‘Tentu saja belum pernah’.

Lalu si mukmin berkata, ‘Kalau begitu, bagaimana bisa Anda menganggap dirimu sebagai orang berakal?’

Si atheis pun diam seribu basa.

Dahulukan Akhlak, Stop Bertengkar !

3 Mar

Wa kana al-insanu aktsara syay’in jadalan – manusia memang paling senang berdebat. Begitu kata Allah dalam surat al-Kahfi/18: 54.

Ya, memang benar, kita ini senang berdebat. Debat itu sendiri tidak jadi soal. Yang jadi soal adalah manakala debat itu tidak disandarkan pada pengetahuan yang cukup tentang objek yang diperdebatkan. Kalau sudah begini, maka yang muncul adalah debat kusir yang tidak berkesudahan.

Akses informasi memang ada kaitannya dengan cara pandang kita. Semakin banyak informasi yang kita akses, maka semakin toleran kita. Semakin beragam bacaan yang kita baca, maka semakin berwarna cara pandang kita.

Soal qunut shubuh dan membaca basmalah dalam shalat, adalah sekian contoh kecil yang diributkan ‘orang-orang bodoh’. Mereka lupa bahwa dalam soal-soal seperti itu, maka yang diperlukan adalah kelapangan dada dalam menerima perbedaan. Mereka lupa, bahwa mendahulukan akhlak adalah jauh lebih penting dibanding bertengkar.

Orang yang mencari ilmu dengan niat untuk mendebat ulama, memperdaya orang bodoh, atau agar orang lain merujuk kepadanya, maka neraka siap menampung orang-orang semacam ini. Ini adalah sabda Rasulullah saw.

Nampaknya, apa yang dikatakan Rasulullah saw. sudah benar-benar terjadi. Banyak sekali blog yang dibuat bukan untuk mempersatukan umat, namun untuk kepentingan duniawiah semata.  Anehnya, kita menganggap diri kita bak juru penyelamat. Islam sebagai rahmatan lil alamin tenggelam oleh perilaku orang islam sendiri.

Kita sering lupa, bahwa ilmu adalah untuk diamalkan. Kata Imam al-Ghazali, ‘Law qara’ta al-ilma mi’ata sanatin wa jama’ta alfa kitabin, la takunu mustaiddan li rahmatillahi illa bi al-amali – walaupun Anda sudah membaca (mempelajari) ilmu selama ratusan tahun dan mengoleksi ribuan buku, namun Anda tidak akan mendapatkan rahmat Allah kecuali Anda mengamalkan ilmu yang telah Anda pelajari itu’.

Kita lebih sering jadi katak dalam tempurung. Akhirnya, cuma jadi jago kandang.

Wallahul musta’an…