Tag Archives: harta

Masuk Surga dengan Sebutir Rambutan

4 Feb

Dalam buku Bumi dan Langit Ikut Menangis, saya menulis 26 kisah menuju tadabbur al-Quran. Semua kisah itu saya tulis dengan berkaca pada peristiwa-peristiwa yang dekat dengan keseharian hidup kita. Semua kisah itu penuh dengan ajaran tentang akhlak mulia, kearifan, dan kesejukan hidup. Membaca dari awal sampai akhir kisah-kisah yang ada dalam buku itu, insya Allah akan membuat Anda semakin percaya bahwa al-Quran adalah The Amazing Book.

Anda ingin masuk surga hanya dengan sebutir rambutan? Nah, kali ini saya akan tuliskan salah satu kisah dalam buku tersebut: Masuk Surga dengan Sebutir Rambutan.

Madinah adalah kota yang memiliki perkebunan kurma yang subur. Jika kita berkunjung ke kota Madinah, maka kebun kurma dapat kita jumpai sepanjang jalan. Menurut sejarah, yang pertamakali menanam pohon kurma di bumi adalah Anus bin Syits, cucu Adam alayhissalam. Di Madinah, yang pertamakali bercocoktanam kurma adalah masyarakat Bani Qurayzhah dan Bani Nadhir. Sebagamana kita ketahui, Bani Qurayzhah dan Bani Nadhir adalah dua komunitas Yahudi di Madinah.

Kebun kurma adalah asset penting bagi masyarakat Madinah. Makin luas kebun kurma seseorang, maka makin tinggi kedudukan sosialnya. Pada zaman Nabi, orang yang paling banyak hartanya adalah Abu Thalhah al-Anshari radhiyallahu anhu. Harta yang paling ia cintai adalah Bayraha, yaitu kebun kurma yang menghadap ke Masjid Nabawi. Rasulullah saw. seringkali masuk ke dalam kebun itu dan meminum air yang ada di dalamnya.

Dalam kitab Tafsir-nya, Ibnu Katsir menceritakan riwayat tentang kebun kurma Abu Thalhah. Ceritanya adalah Abu Thalhah mendengar bahwa telah turun wahyu kepada Rasulullah saw.,

‘Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menginfaq-kan sebagian harta yang kamu cintai. Dan, apa saja yang kamu infaq-kan, maka Allah sungguh mengetahuinya’. (al-Quran, surat Alu Imran/3: 92)

Lalu Abu Thalhah mendatangi Rasulullah. Ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, Allah berfirman bahwa ‘kalian tidak akan mendapatkan kebaikan sampai kalian mau menginfakkan sebagian yang kalian cintai’. Sesungguhnya hartaku yang paling aku cintai adalah Bayraha. Kini kebunku itu aku jadikan sedekah karena Allah, demi mengharapkan kebaikan dan kekekalan sedekah itu di sisi-Nya. Oleh karena itu, wahai Rasulullah, terimalah sedekahku ini sebagaimana yang diinginkan Allah’.

Rasullah saw. berkata, ‘Wah.. wah.. wah…, itu harta yang benar-benar menggiurkan. Aku sudah mendengar keinginanmu. Tapi, aku punya usul bagaimana kalau kau sedekahkan kepada kerabatmu saja?’

Abu Thalhah menjawab, ‘Baiklah, kalau begitu aku akan melaksanakan perintahmu, wahai Rasulullah’. Kemudian Abu Thalhah membagi-bagikannya kepada kerabatnya dan keluarga besarnya.

Begitu pula dengan Abu Dahdah al-Anshari, yang memiliki kebun yang berisi 600 pohon kurma. Ketika ia mendengar bahwa telah turun wahyu, ‘Siapakah yang mau memberi pinjaman yang baik kepada Allah? Maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan berlipat ganda’ (surat al-Baqarah: 245), maka ia langsung mendatangi Rasulullah saw.

Sesampainya di hadapan Rasulullah saw., ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, benarkah Allah menginginkan pinjaman dari kita?’

Rasul menjawab, ‘Ya benar, wahai Abu Dahdah’.

Abu Dahdah berkata, ‘Sekarang, tunjukkan tanganmu wahai Rasulullah’.

Maka Rasulullah saw. menjulurkan tangannya, lalu Abu Dahdah memegangnya sambil berkata, ‘Sesungguhnya aku memberikan pinjaman kepada Tuhanku berupa kebun kurmaku’.

Lalu Abu Dahdah menuju kebun kurmanya. Sesampai di depan pintu kebunnya, ia melihat istri dan anak-anaknya sedang berada di dalamnya. Dari pintu kebun kurma, Abu Dahdah berseru, ‘Wahai istriku, keluarlah engkau, karena kebun ini sudah aku pinjamkan kepada Allah swt.’

Istrinya menjawab, ‘Baik, wahai suamiku. Sungguh, ini bisnis yang menguntungkan’.

Maka, keluarlah istri Abu Dahdah dan anak-anaknya dari kebun kurma itu.

Masya Allah, begitu dermawannya sahabat-sahabat Rasulullah saw. Jika kita ingin menghitung berapa banyak harta yang mereka infakkan di jalan Allah swt., maka datangilah penjual pohon kurma. Tanyakan berapa harga satu batang pohon kurma. Saat ini, harga pohon kurma sekitar 5 juta rupiah. Itu pun belum berbuah! Sekarang, kalikan dengan 600 batang pohon kurma. Jumlahnya: 3 milyar rupiah! Itulah infaknya Abu Dahdah.

Subhanallah, bisa jadi kita akan pikir-pikir untuk mengeluarkan infak sebesar itu. Meskipun kita tidak seperti Abu Talhah dan Abu Dahdah yang memiliki ratusan pohon kurma, namun kita masih bisa menanam pohon-pohon lain yang menghasilkan buah.

Rasulullah bersabda, ‘Jika seorang Muslim menanam sebuah pohon atau berkebun, kemudian buahnya dimakan manusia, binatang, atau lainnya, maka itu bernilai sedekah bagi yang menanamnya’ (Hadits, riwayat Muslim)

Islam mengajarkan kepada kita agar setiap nikmat yang kita miliki dapat dirasakan manfaatnya juga oleh makhluk lain. Oleh karena itu, apapun pohon-buah yang kita tanam di halaman rumah kita berbuah lebat, berikan sebagian buahnya kepada kerabat, tetangga, atau tamu kita. Selain itu pula, kita tidak perlu marah ketika buah pohon yang kita tanam dimakan serangga, burung, kampret, atau bahkan dicuri orang. Relakan, karena kita mendapatkan pahala darinya.

Ternyata, buah durian, mangga, jambu, salak, atau rambutan yang kita tanam di halaman rumah dapat menuntun kita menuju surga.

[ ]

Note:

Temukan 26 kisah lain yang mencerahkan dalam buku Bumi dan Langit Ikut Menangis.

Daftar Isi:

Masuklah dalam Benteng Perlindungan yang Paling Kokoh (Tadabbur Surat al-A’raf ayat 200)

Ikhlas Beribadah: Belajar dari Jantung al-Fatihah (Tadabbur Surat al-Fatihah ayat 5)

Semua Karena Rahmat Allah (Tadabbur Surat alA’raf ayat 156)

Jangan Terlalu Sibuk dengan Dunia (Tadabbur Surat al-Hadid ayat 20)

Bumi dan Langit Ikut Menangis (Tadabbur Surat ad-Dukhan ayat 29)

Berteman Sampai Akhirat (Tadabbur Surat az-Zukhruf ayat 67)

Ampuni Aku Ya Allah… (Tadabbur Surat Hud ayat 90)

Jangan Mempersulit Diri, Jadilah Muslim yang Moderat (Tadabbur Surat al-Baqarah ayat 67)

Masuk Surga Bersama Keluarga (Tadabbur Surat at-Thur ayat 21)

Masuk Surga dengan Sebutir Rambutan (Tadabbur Surat Alu Imran ayat 92)

The Miracle of Shalawat: Menyinari Wajah dan Kalbu (Tadabbur Surat al-Ahzab ayat 56)

Nikmat Tuhan yang Mana Lagi (Tadabbur Surat ar-Rahman ayat 33)

Mengambil Hikmah di Balik Musibah (Tadabbur Surat al-Baqarah ayat 155-157)

Berjuta Kebaikan Buat Pembaca al-Quran (Tadabbur Surat an-Nisa’ ayat 41)

Rasul Berbisik di Telinga Kita (Tadabbur Surat al-Kahfi ayat 28)

Jangan Putuskan Bantuan Anda (Tadabbur Surat an-Nur ayat 22)

Panggilan Terindah (Tadabbur Surat al-Hujurat ayat 11)

Hidup Mulia dengan Sikap Rendah Hati (Tadabbur Surat Luqman ayat 18)

Yang Hilang dari Diri Kita: Kesantunan dan Kelembutan (Tadabbur Surat Thoha ayat 43-44)

Semua Makhluk Berdoa Untukmu (Tadabbur Surat al-Mujadilah ayat 11)

Selalu Ada Jalan Keluar (Tadabbur Surat at-Thalaq ayat 2-3)

Maafkanlah, agarHidup Anda Menjadi Tenang (Tadabbur Surat al-A’raf ayat 199)

Ingatlah Allah di Kala Senang (Tadabbur Surat as-Shaffat ayat 143-144)

Agar Harta Bertambah Berkah (Tadabbur Surat al-Qashash ayat 82)

Menjadi Orang yang Pandai Menjaga Amanat (Tadabbur Surat al-Anfal ayat 27)

Membalas Keburukan dengan Kebaikan (Tadabbur Surat Fusshilat ayat 34)

 

Lowongan Kerja dan Cara Membuat Curriculum Vitae yang Bombastis

22 Jan

Bayangkan, ada seseorang datang kepada Anda minta pekerjaan. Dia datang dengan membawa selembar Curriculum Vitae.

Membaca Curriculum Vitae-nya, Anda akan merasa kagum akan prestasinya. Tidak dapat disangkal ia adalah seorang pekerja keras, profesional, dan mahir di segala bidang.

Berikut ini adalah Curriculum Vitae-nya.

Nama : Iblis
Gelar : Syetan
Alamat Sementara : Hati orang yang lalai
Alamat Tetap : Neraka Jahannam
Kantor : Tempat-tempat yang kotor dan penuh kemaksiatan
Pekerjaan : Pembina Kesesatan
Jabatan : Panglima Tinggi Kekufuran dan Syirik
Pangkat/Golongan : Pembangkang Utama
Kekuasaan : Lemah sekali
SK Masa Kerja : Sejak menolak bersujud kepada Adam sampai hari Kiamat
Modal Kerja : Angan-angan
Cara Kerja : Bertahap
Sumber Usaha : Semua yang haram
Cita-cita : Semua manusia masuk neraka
Hobi : Menjerumuskan dan menyesatkan
Istri : Semua yang terbuka auratnya
Jaringan dan Massa : Syetan dari kalangan jin dan manusia
Alat Kampanye Favorit : Wanita, seks, dan harta
Kutipan Favorit : ‘Aku lebih baik dari siapapun’
Tempat Favorit : Pasar, mall, dan tempat-tempat kotor
Teman Favorit : Orang munafik dan anti kebenaran
Yang paling disenangi dari manusia : Gosip, menjelek-jelekan orang, dan mengintip keburukan orang
Yang membuatnya menangis : Istighfar, zikir, doa, sujudnya manusia
Yang paling ditakuti : Orang beriman, bertakwa, dan senantiasa ingat Allah

Jika ada yang datang kepada Anda membawa lamaran kerja dengan curriculum vitae di atas, apakah Anda mau menerimanya sebagai karyawan Anda, atau bahkan sebagai tangan kanan bisnis Anda? 🙂

Kata Allah swt, ‘Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia sebagai musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak kelompoknya agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala’ (al-Quran surat Fathir/35: 6)

[ ]

Note:

Curriculum Vitae Iblis diadaptasi dari kitab Wiqoyah al-Insan min al-Jinn wa al-Syaythan, karangan Syaikh Wahid Abdussalam Bali (Edisi Revisi, Dar al-Basyir, Kairo, 1422 H)

Jangan Kuatirkan Rizkimu

4 Nov

Menurut riset, sebagian besar waktu manusia tersita dengan persoalan harta. Sejak bangun tidur sampai menjelang tidur, manusia selalu mempersoalkan harta. Bahkan, mimpinya pun kerap dihiasi persoalan harta. Tak heran, hatinya gelisah manakala ia tidak berharta dan berlaku angkuh manakala ia berpunya. Padahal, kaya belum tentu mulia dan miskin belum tentu terhina, sebagaimana yang pernah saya tulis sebelumnya.

Saya hanya ingin berkisah kepada Anda.

Abu Manshur as-Samarqandi berkata, ‘Imam yang zuhud, Abu Abdullah, ingin meyakinkan dirinya tentang sebab-sebab mendapat rizki. Maka, ia pun mendaki gunung dan masuk ke sebuah gua. Ia bergumam sendiri, ‘Wahai Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku, bagaimana Engkau memberikan rizki kepadaku’. Tiba-tiba hujan lebat mengguyur dan menyebabkan jalan-jalan di gunung tidak terlihat. Namun, orang-orang lain yang ada di sekitar gunung itu pun menemukan gua tersebut. Mereka masuk ke gua itu dan melihat Abu Abdullah sedang meringkuk di dalamnya.

Mereka mengajaknya berbicara, namun ia tidak menyahut sepatah kata pun, sepertinya ia tidak menghiraukan pertanyaan mereka. Mereka berkata, ‘Mungkin orang ini kedinginan, sehingga ia tidak bisa berbicara’. Kemudian, mereka menyalakan api di mulut gua hingga hawa panasnya merasuk ke dalam gua. Mereka mengajak Abu Abdullah berbicara, namun tetap saja ia diam seribu bahasa. Mereka berkata lagi, ‘Mungkin orang ini telah lama tidak makan apapun. Karena itu, ia butuh makanan ringan yang panas, sehingga pencernaannya kembali normal’.

Lalu mereka memasakkan sesuatu untuk Abu Abdullah dan menyuguhkan makanan itu kepadanya. Namun, ia tetap tidak bergeming. Mereka berkata lagi, ‘Mungkin gigi-giginya telah rapat’. Lalu, dua orang dari mereka berdiri dan mengambil dua buah pisau untuk membuka mulutnya dan memasukkan makanan ke dalamnya.

Tiba-tiba, Abu Abdullah tertawa. Mereka pun heran dan berkata, ‘Kamu gila ya?’. Ia menjawab, ‘Tidak, saya bukan orang gila. Hanya saja, saya sedang membuktikan bahwa Tuhanku akan memberikan rizki kepadaku, ternyata benar. Tuhan telah memberikan rizki kepadaku dan akan memberikan rizki kepada semua hamba-Nya, di manapun mereka berada’.

Hatim al-Asham rahimahullah pernah ditanya, ‘Apa yang membuatmu kukuh dengan tawakal?’. Ia menjawab, ‘Ada empat hal yang membuatku selalu tawakal. Pertama, saya mengetahui bahwa rizkiku tidak akan dimakan orang lain, karena itu jiwaku tenang. Kedua, saya mengetahui bahwa pekerjaanku tidak akan dapat dilakukan oleh orang lain, karena itu saya sibuk dengan pekerjaanku. Ketiga, saya mengetahui bahwa kematian datang secara tiba-tiba, karena itu saya harus menyiapkan bekalnya. Keempat, saya mengetahui bahwa saya tidak akan luput dari pengawasan Allah di mana pun saya berada, karena itu saya merasa malu kepada-Nya’.

Ibnu Athaillah as-Sukandari dalam al-Hikam berkata, ‘Salah satu tanda akan suksesnya seseorang dalam akhir perjuangannya adalah menyerah pada Allah sejak awal perjuangannya’.

Anda masih tidak percaya bahwa Allah adalah ar-Razaq, Sang Pemberi Rizki? Lihatlah bagian atas uang dollar. Di situ tertulis, ‘In God We Trust’, yang artinya ‘Hanya Kepada Tuhan Kita Percaya’. Jadi, buat pemburu dollar (harta), percayalah bahwa Allah yang mengatur rizki. Biarlah Allah yang mengatur hidup kita. Jangan kita mengatur Diri-Nya.

10 Hal yang Sia-sia

23 Mar

Kata Ibnu Qayyim al-Jawziyyah (w. 751 H), ‘Ada 10 hal yang tidak mendatangkan manfaat’.

Pertama, ilmu yang tidak diamalkan. Kedua, amal yang tidak ikhlas dan tidak sesuai tuntunan. Ketiga, harta yang tidak di-infak-kan untuk akhirat. Keempat, hati yang hampa dari cinta, rindu, dan kedekatan dengan Allah. Kelima, badan yang tidak mau diajak untuk ketaatan. Keenam, cinta yang tidak diikat dengan ridha Allah dan taat kepada-Nya. Ketujuh, waktu yang terbuang sia-sia dari melakukan kebaikan. Kedelapan, pemikiran yang tidak mendatangkan manfaat. Kesembilan, aktivitas yang tidak mendekatkan dirimu kepada Allah dan tidak mengajakmu untuk memperbaiki agamamu. Kesepuluh, takut dan harapmu kau sandarkan kepada orang lain, padahal mereka juga berada di genggaman Allah dan tidak dapat memberi manfaat, mudharat, hidup, mati, dan kebangkitan.

Pangkal dari itu semua adalah dua hal: menyia-nyiakan hati dan menyia-nyiakan waktu.

Menyia-nyiakan hati adalah dengan terlalu terpikat dengan dunia. Menyia-nyiakan waktu adalah dengan panjang angan-angan (baca: mau ini mau itu).

Semua kerusakan adalah karena terlalu mengikuti keinginan dan panjang angan-angan. Obatnya adalah dengan mengikuti petunjuk dan melakukan persiapan untuk berjumpa dengan Allah swt.