Arsip | Syair Pembangun Jiwa RSS feed for this section

Dengan Apa Kupanggil Namanya

18 Feb

Aku tak tau pasti esensinya: kadang timbul kadang terlupa

Ini yang membuatku gilang sepanjang malam

Kucari-cari tapi tak kutemukan ujung-pangkalnya

Payah rasanya kulalui jalan panjang ini

Kalau bukan karena semangat telah tertanam, tak mungkin setiap upaya kuretas

Mungkinkah kulalui jalan yang salah?

Aku jadi bingung sendiri

Dengan sebutan apa namanya kupanggil

Jika kusebut Tuan, bukankah lebih dari itu?

Jika kusebut Maharaja, aku seperti sahaya

Setiap upaya menggantikan namanya, ternyata sia-sia

Ingin kurobek dada ini, agar terlihat kemurnian isinya

Wahai, Engkau Tanpa Nama

Terimakasih, bahwa aliran sungai mengalir dari mataku

Kucari-cari di mana wadah untuk menumpahkannya

Kurindu airmata, karena kutahu Engkau-lah yang membuatnya tumpah ruah!

Pecinta yang Terkapar

18 Feb

Kekasih,

Engkau tahu betapa besar kerinduanku menatap wajah-Mu

Engkau lebih tahu, mengapa selalu saja ada tabir yang menghalangi pandanganku

Kekasih,

Lama aku mencari-Mu, namun tak kunjung tiba Kau sambut aku

Jika Kau ingin aku merangkak di bawah Kaki Kebesaran-Mu akibat kegelapanku, izinkan aku mengusap kelembutan keagungan-Mu

Kekasih,

Aku percaya bahwa Kau tidak akan bosan merawat nasib pecinta-Mu, seburuk apa pun rupa lakunya

Jadikan rasa percayaku itu, mencukupi kebutuhanku akan diri-Mu

Kekasih,

Jangan tinggalkan aku dengan luka yang terus menganga

Jangan campakkan aku dengan keterasingan mencekam

Jangan usir aku dari rumah-Mu

Jangan telanjangi aku dengan kekerasan-Mu

Kekasih, kini lihatlah aku!

Apalagi yang Musti Kukatakan

18 Feb

Selain cinta kasih-Mu, apalagi yang kupinta dari-Mu

Kekasih, duhai Kekasih

Jangan permalukan aku dengan kebodohanku

Jangan tutup pintu rumah-Mu akibat kelalaianku

Kekasih,

Dengan cara apa lagi kulukiskan keagungan-Mu

Lidah kelu, berucap tak mampu

Dalam lubuk-lubuk tersembunyi, Engkau bersemayam di situ

Aku sudah pastikan bahwa tidak ada ketentraman tanpa kehadiran-Mu

Betapa bodohnya manusia yang tidak mencoba mengenal-Mu dengan sekecil apapun upaya yang dilakukannya

Orang bisa mengatakan bahwa aku sedang mengigau karena hidup dalam suasana kacau

Asal Engkau tidak mengusirku, cukup sudah Engkau jadi pelindung nasibku

Kekasih,

Maafkan aku yang tak pandai memakai peci, sarung, dan sorban

Pun tak pandai bicara syariat-Mu

Sejak Ia Menyadarinya

18 Feb

Sejak ia menyadari kebodohannya, ia makin tak berdaya

Kini ia mulai menyangsikan apa saja yang dilihatnya dengan kasat mata

Kebosanan terus mendera siang malamnya, membuatnya tak berhasrat dengan gemerlapnya gunung dunia

Sejak ia menaiki bukit, ular terus memagut tubuhnya, lubang mematahkan kakiknya, dan duri menusuk jantungnya. Kasihan rasanya, melihat kurus wajahnya

Sejak ia belajar bertapa, kilatan cahaya membuatnya terpesona akan keindahan malam dan bintangnya

Sejak ia belajar menari, lingkaran api terus mengurungnya, mengobarkan semangat cinta, memompakan air mata darah

Sejak ia sering bertamu, kepasrahannya jadi batu, mengeras tak lagi bisa dipecah.

Ia serahkan apa yang ia punya, demi perjalanan panjangnya.