Suatu kali Imam as-Syafii rahimahullah ditanya, ‘Wahai Abu Abdillah, mana yang lebih utama bagi seseorang: dia diberi kedudukan lalu bersyukur atau dia diuji lalu bersabar?’
Imam as-Syafii menjawab, ‘Seseorang tidak akan diberi kedudukan sampai dia diuji. Sesungguhnya Allah telah menguji Nuh, Ibrahim, Muhammad shalawatullah alayhim ajma‘in. Di saat mereka bersabar, maka Allah memberi kedudukan kepada mereka. Oleh karena itu, janganlah seseorang menyangka bahwa ia akan bebas dari penderitaan selama hidupnya’.
Ya, para Nabi dan Rasul adalah orang-orang yang paling banyak diuji. Nabi Nuh pernah dipukuli oleh kaumnya sampai pingsan, lalu dibiarkan tergeletak sendirian di pinggir jalan. Nabi Ibrahim dilempar ke dalam api. Nabi Yusuf dimasukkan ke dalam sumur tua oleh saudara-saudaranya sendiri dan dimasukkan penjara karena fitnah wanita. Nabi Ya‘qub kehilangan putranya (Yusuf) dan penglihatannya. Nabi Ayyub ditimpa penyakit bertahun-tahun. Nabi Musa dikejar-kejar tentara Firaun yang ingin membunuhnya. Dan seterusnya.
Dengan kesabaran yang baik, akhirnya para Nabi dan Rasul berhasil mengatasi segala persoalan yang menghadangnya. Para rasul yang paling berat ujiannya adalah: Nabi Nuh, Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad. Karena beratnya ujian mereka, maka Allah menamai mereka dengan Ulul Azmi (yang memiliki keteguhan menghadapi cobaan dari kaumnya).
Kita sering mengucapkan dan mendengar kata sabar. Kata ‘sabar’ sudah melekat dalam hidup kita sehari-hari. Secara bahasa, sabar artinya ‘menahan diri’. Dalam al-Quran, lebih dari 70 kali Allah menyebut masalah sabar. Allah swt. memerintahkan kita sabar dalam melakukan ketaatan, sabar dalam menghindari maksiat, dan sabar dalam menghadapi persoalan hidup.
Sabar dan sukses adalah dua sahabat lama. Jika si Sabar berjalan di depan, maka si Sukses akan mengiringinya dari belakang.
Bisikan Cinta