Arsip | Februari, 2011

Bentuk-bentuk Sikap Ekstrem dalam Beragama

22 Feb

‘Islam adalah agama yang sesuai dengan kebenaran, seimbang, toleran, damai, luhur, lembut, dan menjadikan segala sesuatunya seimbang. Apa saja yang berseberangan dengan prinsip-prinsip ini, maka itu bukan dari Islam’. Begitu kata Syaikh Wahbah az-Zuhayli dalam kitabnya Qadhaya al-Fiqh wa al-Fikr al-Mu‘ashir.

Islam adalah agama moderat, ajarannya moderat, dan umatnya adalah umat yang moderat. Lawan dari sikap moderat adalah sikap ekstrem (at-tatharruf). Dalam kitabnya itu, Syaikh Wahbah az-Zuhayli menyebutkan beberapa bentuk sikap ekstrem yang sering terjadi di masyarakat.

Pertama, sikap ekstrem yang berhubungan dengan akidah/keyakinan (at-tatharruf al-i‘tiqadi), yaitu sikap ekstrem terhadap pandangan-pandangan tertentu yang bertentangan dengan tuntunan al-Quran dan as-Sunnah yang jelas dan pandangan mayoritas umat Islam. Sikap ekstrem ini terlihat pada sekte-sekte yang lahir pada zaman lalu, seperti sekte Qadariyah, Jahmiyah, Murji‘ah, dan Batiniah, atau terjadi pada gerakan-gerakan kontemporer semisal Jamaah Takfir dan Hijrah di Mesir atau di tempat-tempat lain, yaitu kelompok yang menyatakan bahwa umat Islam sudah kafir karena hidup di bawah pemerintahan kafir dan harus keluar dari pemerintahan itu.

Kedua, sikap ekstrem yang berhubungan dengan masalah politik (at-tatharruf al-siyasi), yaitu gerakan dari sekelompok orang yang menyatakan hukumnya berdosa berada di bawah pemerintahan yang berasaskan hukum buatan manusia. Gerakan ini mirip dengan gerakan masa lalu yang dipelopori oleh Khawarij, yang menyatakan keluar dari pemerintahan Sayyiduna Ali di Irak dan mereka membolehkan membunuh kaum muslimin yang tidak sepaham dengan mereka.

Ketiga, sikap ekstrem yang berhubungan dengan amal ibadah (at-tatharruf al-amali), yaitu tindakan yang melampaui batas dengan menyiksa diri sendiri atau terlalu berlebihan dalam menjalankan ibadah, seperti puasa terus menerus, shalat sepanjang malam, tidak menikah, berhaji dengan jalan kaki tanpa naik kendaraan, dan lain sebagainya. Semua ini dapat menimbulkan bahaya, berlawanan dengan fitrah manusia dan sunnah Nabi yang moderat dan toleran. Padahal, Rasulullah saw. bersabda, ‘Sesungguhnya sebaik-baik urusan adalah yang tengah-tengah’ (Hadits, riwayat Ibnu Hibban).

Keempat, sikap ekstrem yang berhubungan dengan masalah internasional (at-tatharruf al-khariji aw al-dawli), yaitu gerakan yang mempropagandakan teror dan rasa takut kepada masyarakat negara lain dengan cara bermacam-macam, semisal menghancurkan gedung-gedung, memotong pepohonan, melakukan pengeboman terhadap instalasi dan fasilitas umum, atau tindakan lain yang menimbulkan bahaya, baik datangnya dari orang perorang atau negara yang dilakukan ketika berada dalam masa damai atau masa peperangan. Semua tindakan ekstrem itu tidak dianjurkan dalam Islam, kecuali kepada negara Israel yang secara terang-terangan memusuhi negara Arab dan kaum muslim.

Begitu kata Syaikh Wahbah az-Zuhayli.

Hmmm… apa yang dikatakan beliau memang terjadi di depan mata kita.

Mengapa orang bersikap ekstrem? Banyak faktor yang menyebabkan orang bersikap ekstrem. Di antara faktor yang paling penting adalah: kebodohan memahami hakikat hukum agama dan pemahaman yang sempit terhadap ajaran Islam akibat sikap fanatis terhadap pemikiran madzhab atau kelompok tertentu. Padahal, Islam adalah agama yang menganjurkan kemudahan, toleransi, dan sikap moderat. [ ]

 

*Tulisan ini merupakan penggalan dari tulisan saya yang berjudul ‘Jangan Mempersulit Diri, Jadilah Muslim yang Moderat’ dalam buku Bumi dan Langit Ikut Menangis (Syarefa Publishing, 2010)



Masuk Surga dengan Sebutir Rambutan

4 Feb

Dalam buku Bumi dan Langit Ikut Menangis, saya menulis 26 kisah menuju tadabbur al-Quran. Semua kisah itu saya tulis dengan berkaca pada peristiwa-peristiwa yang dekat dengan keseharian hidup kita. Semua kisah itu penuh dengan ajaran tentang akhlak mulia, kearifan, dan kesejukan hidup. Membaca dari awal sampai akhir kisah-kisah yang ada dalam buku itu, insya Allah akan membuat Anda semakin percaya bahwa al-Quran adalah The Amazing Book.

Anda ingin masuk surga hanya dengan sebutir rambutan? Nah, kali ini saya akan tuliskan salah satu kisah dalam buku tersebut: Masuk Surga dengan Sebutir Rambutan.

Madinah adalah kota yang memiliki perkebunan kurma yang subur. Jika kita berkunjung ke kota Madinah, maka kebun kurma dapat kita jumpai sepanjang jalan. Menurut sejarah, yang pertamakali menanam pohon kurma di bumi adalah Anus bin Syits, cucu Adam alayhissalam. Di Madinah, yang pertamakali bercocoktanam kurma adalah masyarakat Bani Qurayzhah dan Bani Nadhir. Sebagamana kita ketahui, Bani Qurayzhah dan Bani Nadhir adalah dua komunitas Yahudi di Madinah.

Kebun kurma adalah asset penting bagi masyarakat Madinah. Makin luas kebun kurma seseorang, maka makin tinggi kedudukan sosialnya. Pada zaman Nabi, orang yang paling banyak hartanya adalah Abu Thalhah al-Anshari radhiyallahu anhu. Harta yang paling ia cintai adalah Bayraha, yaitu kebun kurma yang menghadap ke Masjid Nabawi. Rasulullah saw. seringkali masuk ke dalam kebun itu dan meminum air yang ada di dalamnya.

Dalam kitab Tafsir-nya, Ibnu Katsir menceritakan riwayat tentang kebun kurma Abu Thalhah. Ceritanya adalah Abu Thalhah mendengar bahwa telah turun wahyu kepada Rasulullah saw.,

‘Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menginfaq-kan sebagian harta yang kamu cintai. Dan, apa saja yang kamu infaq-kan, maka Allah sungguh mengetahuinya’. (al-Quran, surat Alu Imran/3: 92)

Lalu Abu Thalhah mendatangi Rasulullah. Ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, Allah berfirman bahwa ‘kalian tidak akan mendapatkan kebaikan sampai kalian mau menginfakkan sebagian yang kalian cintai’. Sesungguhnya hartaku yang paling aku cintai adalah Bayraha. Kini kebunku itu aku jadikan sedekah karena Allah, demi mengharapkan kebaikan dan kekekalan sedekah itu di sisi-Nya. Oleh karena itu, wahai Rasulullah, terimalah sedekahku ini sebagaimana yang diinginkan Allah’.

Rasullah saw. berkata, ‘Wah.. wah.. wah…, itu harta yang benar-benar menggiurkan. Aku sudah mendengar keinginanmu. Tapi, aku punya usul bagaimana kalau kau sedekahkan kepada kerabatmu saja?’

Abu Thalhah menjawab, ‘Baiklah, kalau begitu aku akan melaksanakan perintahmu, wahai Rasulullah’. Kemudian Abu Thalhah membagi-bagikannya kepada kerabatnya dan keluarga besarnya.

Begitu pula dengan Abu Dahdah al-Anshari, yang memiliki kebun yang berisi 600 pohon kurma. Ketika ia mendengar bahwa telah turun wahyu, ‘Siapakah yang mau memberi pinjaman yang baik kepada Allah? Maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan berlipat ganda’ (surat al-Baqarah: 245), maka ia langsung mendatangi Rasulullah saw.

Sesampainya di hadapan Rasulullah saw., ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, benarkah Allah menginginkan pinjaman dari kita?’

Rasul menjawab, ‘Ya benar, wahai Abu Dahdah’.

Abu Dahdah berkata, ‘Sekarang, tunjukkan tanganmu wahai Rasulullah’.

Maka Rasulullah saw. menjulurkan tangannya, lalu Abu Dahdah memegangnya sambil berkata, ‘Sesungguhnya aku memberikan pinjaman kepada Tuhanku berupa kebun kurmaku’.

Lalu Abu Dahdah menuju kebun kurmanya. Sesampai di depan pintu kebunnya, ia melihat istri dan anak-anaknya sedang berada di dalamnya. Dari pintu kebun kurma, Abu Dahdah berseru, ‘Wahai istriku, keluarlah engkau, karena kebun ini sudah aku pinjamkan kepada Allah swt.’

Istrinya menjawab, ‘Baik, wahai suamiku. Sungguh, ini bisnis yang menguntungkan’.

Maka, keluarlah istri Abu Dahdah dan anak-anaknya dari kebun kurma itu.

Masya Allah, begitu dermawannya sahabat-sahabat Rasulullah saw. Jika kita ingin menghitung berapa banyak harta yang mereka infakkan di jalan Allah swt., maka datangilah penjual pohon kurma. Tanyakan berapa harga satu batang pohon kurma. Saat ini, harga pohon kurma sekitar 5 juta rupiah. Itu pun belum berbuah! Sekarang, kalikan dengan 600 batang pohon kurma. Jumlahnya: 3 milyar rupiah! Itulah infaknya Abu Dahdah.

Subhanallah, bisa jadi kita akan pikir-pikir untuk mengeluarkan infak sebesar itu. Meskipun kita tidak seperti Abu Talhah dan Abu Dahdah yang memiliki ratusan pohon kurma, namun kita masih bisa menanam pohon-pohon lain yang menghasilkan buah.

Rasulullah bersabda, ‘Jika seorang Muslim menanam sebuah pohon atau berkebun, kemudian buahnya dimakan manusia, binatang, atau lainnya, maka itu bernilai sedekah bagi yang menanamnya’ (Hadits, riwayat Muslim)

Islam mengajarkan kepada kita agar setiap nikmat yang kita miliki dapat dirasakan manfaatnya juga oleh makhluk lain. Oleh karena itu, apapun pohon-buah yang kita tanam di halaman rumah kita berbuah lebat, berikan sebagian buahnya kepada kerabat, tetangga, atau tamu kita. Selain itu pula, kita tidak perlu marah ketika buah pohon yang kita tanam dimakan serangga, burung, kampret, atau bahkan dicuri orang. Relakan, karena kita mendapatkan pahala darinya.

Ternyata, buah durian, mangga, jambu, salak, atau rambutan yang kita tanam di halaman rumah dapat menuntun kita menuju surga.

[ ]

Note:

Temukan 26 kisah lain yang mencerahkan dalam buku Bumi dan Langit Ikut Menangis.

Daftar Isi:

Masuklah dalam Benteng Perlindungan yang Paling Kokoh (Tadabbur Surat al-A’raf ayat 200)

Ikhlas Beribadah: Belajar dari Jantung al-Fatihah (Tadabbur Surat al-Fatihah ayat 5)

Semua Karena Rahmat Allah (Tadabbur Surat alA’raf ayat 156)

Jangan Terlalu Sibuk dengan Dunia (Tadabbur Surat al-Hadid ayat 20)

Bumi dan Langit Ikut Menangis (Tadabbur Surat ad-Dukhan ayat 29)

Berteman Sampai Akhirat (Tadabbur Surat az-Zukhruf ayat 67)

Ampuni Aku Ya Allah… (Tadabbur Surat Hud ayat 90)

Jangan Mempersulit Diri, Jadilah Muslim yang Moderat (Tadabbur Surat al-Baqarah ayat 67)

Masuk Surga Bersama Keluarga (Tadabbur Surat at-Thur ayat 21)

Masuk Surga dengan Sebutir Rambutan (Tadabbur Surat Alu Imran ayat 92)

The Miracle of Shalawat: Menyinari Wajah dan Kalbu (Tadabbur Surat al-Ahzab ayat 56)

Nikmat Tuhan yang Mana Lagi (Tadabbur Surat ar-Rahman ayat 33)

Mengambil Hikmah di Balik Musibah (Tadabbur Surat al-Baqarah ayat 155-157)

Berjuta Kebaikan Buat Pembaca al-Quran (Tadabbur Surat an-Nisa’ ayat 41)

Rasul Berbisik di Telinga Kita (Tadabbur Surat al-Kahfi ayat 28)

Jangan Putuskan Bantuan Anda (Tadabbur Surat an-Nur ayat 22)

Panggilan Terindah (Tadabbur Surat al-Hujurat ayat 11)

Hidup Mulia dengan Sikap Rendah Hati (Tadabbur Surat Luqman ayat 18)

Yang Hilang dari Diri Kita: Kesantunan dan Kelembutan (Tadabbur Surat Thoha ayat 43-44)

Semua Makhluk Berdoa Untukmu (Tadabbur Surat al-Mujadilah ayat 11)

Selalu Ada Jalan Keluar (Tadabbur Surat at-Thalaq ayat 2-3)

Maafkanlah, agarHidup Anda Menjadi Tenang (Tadabbur Surat al-A’raf ayat 199)

Ingatlah Allah di Kala Senang (Tadabbur Surat as-Shaffat ayat 143-144)

Agar Harta Bertambah Berkah (Tadabbur Surat al-Qashash ayat 82)

Menjadi Orang yang Pandai Menjaga Amanat (Tadabbur Surat al-Anfal ayat 27)

Membalas Keburukan dengan Kebaikan (Tadabbur Surat Fusshilat ayat 34)