Tag Archives: rasulullah

Ingin Dicium Rasulullah?

26 Okt

Dalam dunia tasawuf, dikenal seorang yang bernama Syibli. Lengkapnya: Abu Bakar Dalf bin Jahdar as-Syibli. Orang menyebutnya majnun, alias gila, sinting, nyeleneh. Dia pernah memakai celak mata yang dicampur dengan garam, supaya ia tidak tertidur di waktu malam. Dengan begitu, ia bisa menghidupkan malam dengan shalat-shalat sunnat. Jika datang bulan Ramadhan, maka ia makin giat beribadah melebihi orang-orang di masanya. Mungkin inilah sebagian dari ke-sinting-an Syibli. Syibli lahir dan besar di Baghdad. Dia bersahabat dengan Junayd al-Baghdadi dan para ulama di masanya. Dia bermazhab Maliki. Wafat pada tahun 334 H atau 946 M, dan dimakamkan di Baghdad.

Syibli memang punya karamah. Dalam kitab Syarh Ratib al-Haddad, diceritakan bahwa Syibli mendatangi majlis Abu Bakar bin Mujahid. Melihat Syibli datang, Abu Bakar bangun dari duduknya, menyambutnya, memeluknya, dan mencium keningnya. Setelah kejadian itu, Abu Bakar ditanya oleh salah satu muridnya, ‘Duhai Guruku, engkau melakukan yang demikian kepada Syibli? Padahal, engkau dan semua penduduk Baghdad menganggapnya sinting?’

Abu Bakar bin Mujahid menjawab, ‘Apa yang aku lakukan kepadanya adalah karena mencontoh yang dilakukan Rasulullah kepadanya. Aku pernah bermimpi melihat Syibli datang kepada Rasulullah. Lalu Rasulullah bangun dari duduknya dan mencium kening Syibli. Lalu dengan heran aku bertanya kepada Rasulullah, ‘Duhai Rasulullah, engkau berbuat demikian kepada Syibli?’ Rasululullah menjawab, ‘Ya begitulah. Itu karena orang ini (Syibli) sehabis shalat senantiasa membaca ayat, ‘Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin (at-Taubah: 128)’, lalu ia melanjutkannya dengan membaca shalawat kepadaku sebanyak 3 kali’.

Itulah buah dari ke-sinting-an Syibli.

Anda ingin dicium Rasulullah? Cobalah resep Syibli itu. Sehabis shalat bacalah ayat itu dan lanjutkan dengan membaca shalawat 3 kali. Mudah-mudahan Rasulullah berkenan datang dalam mimpi kita dan mencium kening kita.

Dijual Murah: Istana Bertatahkan Intan Permata

29 Mar

Suatu hari, Rasulullah saw. sedang berkumpul dengan para sahabatnya. Di tengah para sahabatnya, tiba-tiba Rasulullah saw. tertawa ringan sampai-sampai terlihat gigi depannya. Umar r.a. yang berada di di situ, berkata, ‘Demi engkau, ayah dan ibuku sebagai tebusannya, apa yang membuatmu tertawa, wahai Rasulullah?’

Rasulullah saw.menjawab, ‘Aku diberitahu bahwa pada hari kiamat nanti, ada dua orang yang duduk bersimpuh sambil menundukkan kepala mereka di hadapan Allah. Salah satunya mengadu kepada Allah sambil berkata, ‘Ya Rabb, ambilkan kebaikan dari orang ini untukku karena dulu ia pernah berbuat zalim kepadaku’.

Allah swt. berkata, ‘Bagaimana mungkin saudaramu ini bisa melakukan itu, karena tidak ada kebaikan sedikitpun yang tersisa dalam dirinya?’

Orang itu berkata, ‘Ya Rabb, kalau begitu, biarlah dosa-dosaku dipikul olehnya’.

Sampai di sini, mata Rasulullah saw. berkaca-kaca. Beliau saw. tidak mampu menahan tetesan airmatanya. Beliau menangis. Lalu, beliau saw. berkata, ‘Hari itu adalah hari yang begitu mencekam, di mana setiap manusia ingin agar ada orang lain yang memikul dosa-dosanya’.

Rasulullah saw. melanjutkan kisahnya.

Lalu Allah berkata kepada orang yang mengadu tadi, ‘Angkat kepalamu’. Orang itu mengangkat kepalanya, lalu ia berkata, ‘Ya Rabb, aku melihat di depanku ada tempat yang terbuat dari emas dan istana-istana yang terbuat dari emas dan perak bertatahkan intan permata. Istana-istana itu untuk Nabi yang mana, ya Rabb? Untuk orang jujur yang mana, ya Rabb? Untuk syahid yang mana, ya Rabb?’

Allah berkata, ‘Istana-istana itu diberikan kepada orang yang mampu membayar harganya’.

Orang itu berkata, ‘Siapakah yang bakal mampu membayar harganya, ya Rabb?’

Allah berkata, ‘Engkau mampu membayar harganya’

Orang itu terheran-heran, sambil berkata, ‘Dengan cara apa aku membayarnya, ya Rabb?’

Allah berkata, ‘Caranya engkau maafkan saudaramu yang duduk di sebelahmu, yang kau adukan kezalimannya kepada-Ku’.

Orang itu berkata, ‘Ya Rabb, kini aku memaafkannya’

Allah berkata, ‘Kalau begitu, ambil tangan saudaramu itu, dan ajak ia masuk surga bersamamu’.

Setelah menceritakan kisah itu, Rasulullah saw. berkata, ‘Bertakwalah kalian kepada Allah dan hendaknya kalian saling berdamai, sesungguhnya Allah mendamaikan persoalan yang terjadi di antara kaum muslimin’.

Kisah di atas terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Hakim, dengan sanad yang shahih.

Rasulullah juga pernah bersabda, ‘Barangsiapa yang di dalam dirinya ada 3 hal, maka pada hari kiamat nanti Allah akan mudahkan proses hisab terhadap dirinya dan Allah akan memasukkannya ke dalam surga’. Para sahabat bertanya, ‘Apa yang 3 hal itu, wahai Rasulullah?’ Rasulullah saw. menjawab, ‘Yaitu engkau tetap memberi pemberian kepada orang yang menolak pemberianmu, engkau menyambung silaturrahim kepada orang yang memutuskannya, dan engkau memaafkan orang yang berbuat zalim kepadamu. Jika engkau lakukan yang demikian, maka engkau akan masuk surga’. (Hadits, riwayat Imam al-Hakim)

Ya Allah, selamatkan kami dari dendam yang mengotori hati kami dan membuat tidur kami tidak nyenyak. Hapuskanlah dendam yang selama ini tertanam di hati kami. Jangan biarkan rasa dendam itu membuat kami terhalang masuk surga-Mu.

Amin…

Ampuni dan Maafkan Kami Ya Rabb…

10 Mar

Di antara nama-nama Allah yang indah (asma’ al-husna), ada tiga nama yang saling berdekatan maknanya, yaitu al-Ghaffar, al-Ghafur, dan al-Afuwwu.

Allah bersifat al-Ghaffar dan al-Ghafur, yang dua-duanya artinya mengampuni, meskipun berbeda pada penekanannya.

Allah disebut al-Ghaffar karena ia sering mengampuni kesalahan kita setiap kali kita melakukan kesalahan. Sifat ini menekankan pada kuantitas pengampunan. Allah disebut al-Ghafur karena ia dapat memberikan pengampunan dengan pengampunan yang sempurna, sampai pada batas pengampunan yang paling tinggi. Sifat ini menekankan pada kualitas pengampunan. Dengan begitu, sifat Allah al-Ghafur lebih tinggi dari sifat al-Ghaffar.

Begitu komentar Hujjatul Islam, Imam al-Ghazali rahimahullah, dalam karyanya al-Maqshad al-Asna fi Syarhi Asma’ Allah al-Husna.

Baca lebih lanjut

Akhlak kepada Rasulullah saw.: Belajar dari Imam Malik dan Kalajengking

25 Feb

Makam Imam Malik di Baqi' al-Gharqad, Medinah.Di Madinah, ada kompleks kuburan tua yang bersejarah. Namanya Baqi’. Lengkapnya: Baqi’ al-Gharqad, karena dulunya tempat ini penuh dengan pohon gharqad (sejenis pohon duri di gurun). Kini, lokasinya menyatu dengan halaman Masjid Nabawi, namun dibatasi dengan tembok besar yang mengelilinginya.

Ribuan sahabat Rasul dikuburkan di sini. Fathimah az-Zahra dan ahlul bayt (keluarga Rasul) lainnya juga dikuburkan di sini. Kubur ahlul bayt adalah objek ziarah yang paling dipadati pengunjung, lebih-lebih oleh kelompok Syiah.

Tidak jauh dari kubur ahlul bayt, ada kubur dua putri Rasulullah, yaitu Ruqayyah dan Ummu Kultsum. Di sebelah kubur mereka, ada kubur istri-istri Rasulullah. Semua istri Rasul dikuburkan di sini, kecuali Khadijah (di Ma’la, Mekkah) dan Maymunah (di perbatasan kota Mekkah dan Madinah).

Tidak banyak orang yang mengenali siapa yang dikuburkan di Baqi’, karena semua kubur tanpa nama. Yang paling mudah dikenali adalah kubur Sayyiduna Utsman bin Affan radhiyallahu anhu. Tempatnya strategis, tersendiri, dan nyaman untuk diziarahi.

Setelah shalat Shubuh di Masjid Nabawi dan berziarah kepada Rasulullah saw. dan dua sahabatnya (Abu Bakar dan Umar radhiyallahu anhuma), saya terus menuju Baqi’. Ini adalah kebiasaan saya jika saya sedang berada di Madinah.

Ziarah kubur bukan hanya mengingatkan kita akan fananya dunia dan kekalnya akhirat, namun juga membuat hati kita menjadi lembut dengan meneladani akhlak orang yang kita ziarahi.

Seperti yang sudah-sudah, banyak peziarah dari negara lain yang membuntuti saya. Secara diam-diam, mereka menunjuk saya sebagai guide ziarah, karena saya tahu tentang keberadaan kubur-kubur yang ada di sana. Maklum, di Baqi’ semua kubur tanpa nama. Saya teringat, para petugas yang berbadan besar dan berjenggot lebat pernah menginterogasi saya karena saya memegang kitab yang berisi informasi detail tentang orang-orang yang dikuburkan di Baqi’. Awalnya mereka bersikap kasar. Namun, setelah saya jelaskan siapa saya dan dari mana saya dapatkan kitab itu, mereka menjadi cair. Mereka tidak menyangka bahwa saya bisa berkomunikasi dalam bahasa Arab. Mereka minta maaf.

Sampailah saya di kubur Imam Malik rahimahullah. Di sebelahnya, ada kubur Nafi’, imam qiraat yang terkenal dan guru Imam Malik sendiri. Jadi, guru dan murid berdampingan. Imam Malik adalah imam besar dalam mazhab Islam. Imam Malik adalah pendiri mazhab Maliki. Jauh sebelum Bukhari, Muslim, dan lainnya menulis kitab hadits, Imam Malik sudah lebih dulu menulis kitab hadits, yang dikenal dengan al-Muwattha’ (artinya: yang paling shahih). Imam Malik lahir di Madinah, besar di Madinah, dan wafat di Madinah. Imam Malik tidak pernah menetap di negeri lain.

Bagi saya, berziarah ke kubur Imam Malik punya kesan tersendiri. Imam Malik adalah orang yang paling menghormati apa pun yang berhubungan dengan Rasulullah. Jika ia ingin mengajar di tempat lain di luar Madinah, maka ia tidak pernah menaiki kudanya dari rumahnya, sampai ia keluar dari Madinah. Dari rumahnya, ia hanya menuntun kudanya dan berjalan di sisi kudanya. Jika sudah keluar dari perbatasan kota Madinah, barulah ia menaiki kudanya. Ia takut kalau ia menaiki kudanya dari rumahnya, kudanya itu akan mengepulkan debu. Buat Imam Malik, itu sudah dianggap menyakiti Rasulullah.

Ada lagi akhlak Imam Malik yang membuat saya terkesan. Saya ingin berkisah sedikit.

Hari itu, pengajian Imam Malik dipenuhi banyak orang. Seperti biasanya, beliau mengajar hadits. Di saat beliau mengajar, paha beliau disengat kalajengking sebanyak 16 kali. Wajah Imam Malik langsung pucat, namun ia tidak menghentikan pengajiannya. Ia terus melanjutkan kajian haditsnya, seakan-akan tidak ada kejadian yang menimpanya.

Setelah pengajian selesai dan orang-orang bubar, salah satu jamaah mendekati Imam Malik. Orang itu bernama Abdullah bin Mubarak. Abdullah melihat kejadian itu.

Abdullah berkata, ‘Wahai Imam Malik, sungguh aku tadi melihat peristiwa yang luar biasa dari dirimu’.

Imam Malik berkata, ‘Ya, begitulah. Namun, aku tetap bertahan melanjutkan pengajian, karena aku begitu memuliakan hadits Rasulullah saw.’

Masya Allah…

Saya sering teringat kisah itu, lebih-lebih ketika saya sedang berada di depan makam Imam Malik. Saya kagum, dan sudah pasti merasa kecil di hadapannya.

Begitulah akhlak Imam Malik kepada Rasulullah. Bagaimana dengan kita?

Akankan kita penuhi jiwa kita dengan cacian kepada orang yang memuliakan Rasul dengan sepantasnya? Akankan kita klaim sesat orang yang mengambil pelajaran dari hari lahirnya (maulid) Rasulullah? Akankah kita klaim pelaku bid‘ah buat orang yang mengucapkan kata ‘Sayyidina’ ketika menyebut nama Rasulullah?

Ahh… kita memang sudah keterlaluan. Menghapal hadits pun tidak, apalagi mengamalkannya. Pemahaman kita terhadap sunnah Rasul baru sebatas pemahaman kelompok, dan anehnya itulah yang kita klaim sebagai kebenaran tunggal sembari mengklaim kelompok lain sesat (dan menyesatkan).

Kita belum meniru akhlaknya Imam Malik. Nampaknya, kita lebih senang menjadi kalajengking, yang menyengat saudara kita sendiri.

Allahu Akbar…

Ya Nabiyy, salam alayka…
Ya Rasul, salam alayka…
Ya Habib, salam alayka…
Shalawatullah alayka…

Allahumma shalli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad…