Tag Archives: emas

Kisah Tiga Roti dan Tiga Batu Emas

11 Mei

Wahb bin Munnabih adalah salah satu alim besar di zamannya. Lahir di masa pemerintahan Utsman bin Affan radhiyallahu anhu. Dengan begitu, ia termasuk generasi tabi’in. Kelebihannya adalah kemampuannya dalam menganalisis kitab-kitab suci Ahlul Kitab. Dia sendiri pernah mengatakan, ‘Aku sudah membaca 30 kitab yang turun kepada 30 Nabi’. Ia juga terkenal dengan koleksi kisahnya tentang lika-liku hidup kaum Israil.  Selama 40 tahun, Wahb tidak pernah mencaci angin (karena memang ada larangan dari Rasul untuk mencaci angin). Selama 20 tahun, ia melakukan shalat Isya dan Shubuh dengan satu kali wudhu’. Sewaktu melaksanakan haji pada tahun 100 H, ia didatangi para ahli fiqh terkemuka saat itu, di antaranya adalah Atho’ dan Hasan al-Bashri.

Begitulah biografi singkat dari Wahb bin Munabbih, sebagaimana yang ditulis oleh Imam adz-Dzahabi dalam kitab Siyar A’lam an-Nubala’.

Nah, kali ini Wahb bin Munabbih akan bercerita kepada kita tentang kisah Nabi Isa dan Batu Emas. Nabi Isa adalah salah satu Nabi yang berasal dari kalangan Yahudi dan diutus kepada bangsa Yahudi. (Baca juga tulisan sebelumnya tentang turunnya Nabi Isa pada akhir zaman). 

Suatu hari Nabi Isa melakukan perjalanan ditemani seorang Yahudi. Nabi Isa membawa satu roti, sedangkan orang Yahudi membawa dua roti.

Sampai pada suatu tempat, Nabi Isa berkata, ‘Bagaimana kalau sekarang kita makan bersama?’ Yahudi itu menjawab, ‘Baiklah’. Tapi ketika ia mengetahui bahwa Nabi Isa hanya punya satu roti, ia menyesal. Dia berpikir bahwa satu rotinya akan dimakan oleh Nabi Isa. Ia tidak ingin hal itu terjadi.

Sebelum makan, Nabi Isa mencari tempat untuk berdoa. Di saat itu pula, orang Yahudi juga mencari tempat untuk makan satu rotinya secara diam-diam.

Tibalah waktunya makan. Masing-masing mengeluarkan makanannya. Ketika Nabi Isa melihat Yahudi hanya mengeluarkan satu roti, Nabi Isa berkata kepadanya, ‘Di manakah satu roti lagi?’ Yahudi itu menjawab, ‘Saya hanya punya satu roti ini, kok’.

Lalu Nabi Isa makan satu roti dan orang Yahudi makan satu roti. Kemudian mereka pergi, meneruskan perjalanan.

Di perjalanan, mereka melewati sebuah pohon. Nabi Isa berkata kepada Yahudi, ‘Bagaimana kalau kita istirahat di bawah pohon ini, tidur sampai pagi hari?’ Yahudi itu berkata, ‘Baik, mari kita lakukan’. Mereka berdua tidur di bawah pohon itu sampai pagi hari.

Pagi hari, mereka kembali melanjutkan perjalanan. Tak lama kemudian, mereka bertemu dengan orang buta. Nabi Isa berkata kepadanya, ‘Bagaimana kalau aku menyembuhkan matamu, sehingga Allah mengembalikan penglihatanmu, apakah engkau akan bersyukur kepada Allah?’ Orang buta itu menjawab, ‘Ya, tentu saja’.

Lalu Nabi Isa mengusap mata orang buta itu dan berdoa kepada Allah. Setelah itu, orang buta itu dapat melihat. Kemudian Nabi Isa berkata kepada orang Yahudi yang menemaninya, ‘Demi Dia yang telah memperlihatkan kepadamu bagaimana orang buta ini dapat melihat, apakah engkau punya satu roti lainnya?’ Yahudi itu menjawab, ‘Demi Tuhan, hanya ada satu roti’. Nabi Isa terdiam.

Mereka meneruskan perjalanan, hingga melewati seekor rusa. Lalu Nabi Isa memanggil rusa itu, kemudian menyembelihnya dan memakannya. Sehabis menikmati daging rusa, Nabi Isa berkata, ‘Wahai rusa, berdirilah dengan izin Allah’. Maka rusa itu kembali hidup, seperti sedia kala.

Yahudi itu berkata, ‘Mahasuci Allah’. Nabi Isa berkata, ‘Demi Dia yang telah memperlihatkan mukjizat ini kepadamu, siapakah yang memakan roti ketiga itu?’ Orang Yahudi itu menjawab, ‘Hanya ada satu roti, sebagaimana yang sudah saya katakan’.

Mereka kembali melanjutkan perjalanan, hingga tiba di sebuah perkampungan. Tak disangka, di dekat mereka ada tiga batu besar terbuat dari emas. Nabi Isa berkata, ‘Satu batu emas untukku, satu untukmu, dan satu lagi untuk orang yang punya roti ketiga’. Mendengar ucapan Nabi Isa, orang Yahudi berkata, ‘Akulah yang punya roti ketiga itu. Aku memakannya ketika engkau sedang berdoa’.

Nabi Isa berkata, ‘Kalau begitu, semua batu ini untukmu’. Lalu Nabi meninggalkan Yahudi itu.

Tinggallah orang Yahudi itu sendiri. Ia mencoba membawa tiga batu emas itu, namun ia tidak sanggup membawanya. Tidak lama kemudian, lewatlah tiga orang, lalu mereka membunuh Yahudi itu dan menguasai batu emasnya.

Tiga batu emas itu sungguh menggoda. Lalu dua orang di antara mereka berniat buruk kepada salah satunya. Lalu salah satunya berkata, ‘Pergilah engkau ke perkampungan terdekat. Belilah makanan untuk kita’. Setelah orang itu pergi, satu orang berkata, ‘Jika nanti ia datang, kita bunuh saja, dan emas ini kita bagi berdua’. Temannya setuju.

Sementara temannya yang sedang mencari makanan berkata dalam hati, ‘Nanti setelah membeli makanan, maka aku akan taburkan racun di dalam makanan itu agar mereka mati keracunan. Dengan begitu, aku sendiri yang menguasai batu emas itu’.

Sampailah orang itu dengan membawa makanan yang telah ditaburi racun. Lalu dua orang temannya langsung membunuhnya. Kemudian keduanya menikmati makanan itu. Tak lama kemudian, keduanya mati juga.

Setelah peristiwa itu, Nabi Isa melewati batu itu bersama para sahabatnya yang lain. Ketika ia melihat ada 4 orang mati di samping batu emas itu, ia berkata kepada para sahabatnya sambil menunjuk batu emas dan orang-orang yang mati itu, ‘Begitulah dunia memperlakukan penghuninya. Oleh karena itu, berhati-hatilah kalian’.

Pesan moral kisah ini sungguh jelas. Pertama, pilihlah teman perjalanan yang baik, apakah itu istri, suami, atau sahabat. Kedua, jangan berlaku culas terhadap teman perjalanan. Ketiga, jika hati terlalu terpikat dengan dunia, maka ia tidak akan sanggup menghadapi godaan dunia. Keempat, harta berpotensi untuk membuat gelap hidup. Demi harta, orang rela bunuh-membunuh. Inilah yang dimaksud Rasulullah ketika beliau bersabda, ‘Sesungguhnya yang aku kuatirkan terhadap kalian sesudahku adalah terbukanya sebagian kemewahan dan gemerlap dunia’ (Riwayat Bukhari dan Muslim).

Yang membuat kita selamat di dunia adalah manakala kita menghiasi hidup kita dengan zikir (ingat, mawas diri) kepada Allah, menjadikan apapun sebagai sarana untuk dekat kepada Allah, mendekatkan diri dengan para ulama, dan terus belajar sepanjang hidup. Begitulah pesan Rasulullah, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi.

Dijual Murah: Istana Bertatahkan Intan Permata

29 Mar

Suatu hari, Rasulullah saw. sedang berkumpul dengan para sahabatnya. Di tengah para sahabatnya, tiba-tiba Rasulullah saw. tertawa ringan sampai-sampai terlihat gigi depannya. Umar r.a. yang berada di di situ, berkata, ‘Demi engkau, ayah dan ibuku sebagai tebusannya, apa yang membuatmu tertawa, wahai Rasulullah?’

Rasulullah saw.menjawab, ‘Aku diberitahu bahwa pada hari kiamat nanti, ada dua orang yang duduk bersimpuh sambil menundukkan kepala mereka di hadapan Allah. Salah satunya mengadu kepada Allah sambil berkata, ‘Ya Rabb, ambilkan kebaikan dari orang ini untukku karena dulu ia pernah berbuat zalim kepadaku’.

Allah swt. berkata, ‘Bagaimana mungkin saudaramu ini bisa melakukan itu, karena tidak ada kebaikan sedikitpun yang tersisa dalam dirinya?’

Orang itu berkata, ‘Ya Rabb, kalau begitu, biarlah dosa-dosaku dipikul olehnya’.

Sampai di sini, mata Rasulullah saw. berkaca-kaca. Beliau saw. tidak mampu menahan tetesan airmatanya. Beliau menangis. Lalu, beliau saw. berkata, ‘Hari itu adalah hari yang begitu mencekam, di mana setiap manusia ingin agar ada orang lain yang memikul dosa-dosanya’.

Rasulullah saw. melanjutkan kisahnya.

Lalu Allah berkata kepada orang yang mengadu tadi, ‘Angkat kepalamu’. Orang itu mengangkat kepalanya, lalu ia berkata, ‘Ya Rabb, aku melihat di depanku ada tempat yang terbuat dari emas dan istana-istana yang terbuat dari emas dan perak bertatahkan intan permata. Istana-istana itu untuk Nabi yang mana, ya Rabb? Untuk orang jujur yang mana, ya Rabb? Untuk syahid yang mana, ya Rabb?’

Allah berkata, ‘Istana-istana itu diberikan kepada orang yang mampu membayar harganya’.

Orang itu berkata, ‘Siapakah yang bakal mampu membayar harganya, ya Rabb?’

Allah berkata, ‘Engkau mampu membayar harganya’

Orang itu terheran-heran, sambil berkata, ‘Dengan cara apa aku membayarnya, ya Rabb?’

Allah berkata, ‘Caranya engkau maafkan saudaramu yang duduk di sebelahmu, yang kau adukan kezalimannya kepada-Ku’.

Orang itu berkata, ‘Ya Rabb, kini aku memaafkannya’

Allah berkata, ‘Kalau begitu, ambil tangan saudaramu itu, dan ajak ia masuk surga bersamamu’.

Setelah menceritakan kisah itu, Rasulullah saw. berkata, ‘Bertakwalah kalian kepada Allah dan hendaknya kalian saling berdamai, sesungguhnya Allah mendamaikan persoalan yang terjadi di antara kaum muslimin’.

Kisah di atas terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Hakim, dengan sanad yang shahih.

Rasulullah juga pernah bersabda, ‘Barangsiapa yang di dalam dirinya ada 3 hal, maka pada hari kiamat nanti Allah akan mudahkan proses hisab terhadap dirinya dan Allah akan memasukkannya ke dalam surga’. Para sahabat bertanya, ‘Apa yang 3 hal itu, wahai Rasulullah?’ Rasulullah saw. menjawab, ‘Yaitu engkau tetap memberi pemberian kepada orang yang menolak pemberianmu, engkau menyambung silaturrahim kepada orang yang memutuskannya, dan engkau memaafkan orang yang berbuat zalim kepadamu. Jika engkau lakukan yang demikian, maka engkau akan masuk surga’. (Hadits, riwayat Imam al-Hakim)

Ya Allah, selamatkan kami dari dendam yang mengotori hati kami dan membuat tidur kami tidak nyenyak. Hapuskanlah dendam yang selama ini tertanam di hati kami. Jangan biarkan rasa dendam itu membuat kami terhalang masuk surga-Mu.

Amin…