Ini hanyalah catatan iseng-iseng. Isinya juga sepele dan kurang greget untuk dibaca. Namun, bukankah kita seringkali jatuh terjerembab karena persoalan sepele? Bukankah kita lebih sering tersandung batu kecil ketimbang batu besar?
Ibnu Khallikan dalam Tarikh-nya, sebagaimana dikutip juga oleh ad-Damiri dalam Hayat al-Hayawan, menceritakan tentang seorang laki-laki yang sedang menikmati makan siangnya. Hari itu menu makannya adalah ayam bakar (dajajah masywiyyah). Ketika ia sedang menyantap makanannya, datanglah seorang pengemis. Merasa diganggu makan siangnya, laki-laki itu mengusirnya, karena laki-laki itu begitu berhasrat dengan ayam bakar itu.
Entah mengapa, tak lama kemudian ia bercerai dengan istrinya. Bukan hanya itu, hartanya juga ikut habis.
Lalu mantan istrinya menikah lagi dengan laki-laki lain. Suatu hari, suami wanita ini (yang kedua) sedang menikmati makan siang. Di hadapannya tersedia ayam bakar. Saat itu, datanglah seorang pengemis mengetuk pintu rumahnya. Sang suami berkata kepada istrinya, ‘Berikan ia ayam bakar ini’. Maka, istrinya membawakan ayam bakar itu kepada pengemis. Setelah diperhatikan, ternyata pengemis itu adalah mantan suaminya dulu (yang pertama). Setelah wanita itu memberikan ayam bakar kepada pengemis, ia masuk ke dalam dan menceritakan hal ihwal pengemis itu kepada suaminya (yang kedua).
Pengemis itu berkata kepada mereka, ‘Demi Allah, sekarang aku orang miskin. Allah telah mencabut nikmat-Nya dariku dan membelenggu diriku dengan kemiskinan, lantaran sedikit syukurku atas nikmat-nikmat-Nya’.
Begitulah.
Saudaraku, jangan tangisi yang hilang dan jangan panjang angan-angan. Syukurilah yang ada, niscaya Anda akan menjadi orang yang kaya. Jangan biarkan diri Anda menjadi pengemis di kemudian hari.
Benarlah kata Allah, ‘Barangsiapa yang bersyukur kepada-Ku, niscaya Aku tambahkan nikmat-Ku kepadanya. Sebaliknya, siapa yang tidak bersyukur, maka ketahuilah akibatnya bahwa azab-Ku sangat pedih’ (al-Quran, surat Ibrahim/14: 7)
Bisikan Cinta