Tag Archives: sombong

Kaya Belum Tentu Mulia, Miskin Belum Tentu Terhina

12 Mar

Hari ini (12/3/2010) koran Republika menurunkan berita tentang 7 WNI yang masuk daftar seribu orang kaya dunia versi majalah Forbes edisi 10 Maret 2010. Jika Anda memiliki kekayaan 1 miliar dolar AS, maka Forbes akan mencatat nama Anda sebagai salah satu orang kaya dunia. Itu adalah syarat keramat yang diajukan Forbes.

Mereka adalah kakak-beradik Michael Hartono dan Budi Hartono (Group Djarum), Martua Sitorus (Wilmar International), Peter Sondakh (Group Rajawali), Sukanto Tanoto (Raja Garuda Mas), Low Tuck Kwong (Bayan Resources), dan Chairul Tanjung (Group Para).

Jika kita ditanya, apakah ingin seperti mereka? Kebanyakan di antara kita akan menjawab: YES! Kita menganggap bahwa kekayaan adalah parameter tunggal untuk menjadi mulia. Kita menganggap bahwa harta banyak pertanda bahwa kita disayang Tuhan. Benarkah begitu? Sebaiknya, anggapan itu Anda lupakan saja.

Allah swt. berfirman,

Dan jika Allah melapangkan rizki kepada hamba-Nya, tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha melihat. (Q.s. as-Syura/42: 27)

Tentang ayat di atas, Syaikh Wahbah az-Zuhayli berkomentar, ‘Seandainya Allah melapangkan dan memberikan rizki kepada hamba-Nya di atas kebutuhan mereka, niscaya mereka akan bersikap pongah, melampaui batas, melakukan maksiat di bumi, mengingkari nikmat, sombong, dan mengejar sesuatu yang tidak perlu dikejar. Hal yang demikian terjadi pada diri Firaun dan Qarun. Namun, Allah menurunkan rizki untuk hamba-Nya dengan takaran yang telah ditentukan berdasarkan keadaan hamba-Nya dan memilihkan rizki yang sesuai dengan kemaslahatan mereka. Oleh karena itu, Allah memberikan kekayaan kepada orang yang pantas menerimanya dan memberikan kemiskinan kepada orang yang pantas menerimanya. Allah sungguh tahu keadaan hamba-Nya. Allah sungguh melihat apa yang paling pantas untuk hamba-Nya, apakah dengan meluaskan rizki hamba-Nya atau menyempitkannya’. (Tafsir al-Munir, jilid ke-13)

Allah itu Maha Adil, yang dengan Keadilan-Nya Ia bagikan rahmat-Nya sesuai keadaan hamba-Nya. Allah itu Maha Pemelihara, yang dengan Pemeliharaan-Nya Ia memelihara keseimbangan hidup umat manusia.

Sesungguhnya, kaya adalah kaya hati, dan miskin adalah miskin iman. Berbahagialah orang yang kaya materi yang dapat menjaga hatinya dari belitan dunia, dan berbahagia pula orang miskin yang dapat menjaga imannya dari serbuan budaya konsumerisme.

Sukses dengan Rendah Hati

9 Mar

Kata Mujahid, ‘Ketika Allah swt. menenggelamkan kaum Nabi Nuh alayhissalam, maka gunung-gunung meninggi dan kayu-kayu menunduk, sehingga dengan izin Allah swt. tercipta landasan pacu bagi kapal Nabi Nuh. Lalu Allah swt. berfirman kepada gunung-gunung, ‘Aku akan mengajak seorang Nabi bercakap-cakap di atas sebuah gunung’.

Maka, setiap gunung berusaha meninggikan dirinya masing-masing. Sementara, bukit Thursina tidak ikut-ikutan. Ia hanya menundukkan dirinya. Akhirnya, Allah swt. memilih bukit Thursina sebagai tempat percakapan dengan Nabi Musa, karena tawadhu’-nya bukit itu’.

Tawadhu (rendah hati) sangat baik untuk setiap orang, dan lebih baik lagi buat orang-orang kaya. Takabbur (sombong) adalah buruk untuk setiap orang, dan lebih buruk lagi  buat orang-orang miskin.

Seseorang tidak akan tinggi kedudukannya kecuali dengan sikap rendah hati, dan seseorang tidak akan terhina kecuali dengan kesombongan.

*Adaptasi dari Syaikh Abdul Hamid al-Anquri, Munyah al-Waizhin