Arsip | 18:30

Tangisan dan Air Mata yang Menyelamatkan Kita

3 Mar

Menangislah karena Anda pernah melakukan suatu kecerobohan dalam hidup. Menangislah bahwa Anda sudah menghabiskan usia muda dengan melupakan perintah-perintah Allah swt. Menangislah bahwa sampai usia setua ini, Anda masih belum merasakan nikmatnya shalat, membaca al-Quran, dan berdoa. Menangislah bahwa selama ini Anda telah salah mendidik anak dan istri. Menangislah bahwa selama ini Anda membangun dan menghidupi keluarga dengan cara-cara yang jauh dari tuntunan agama. Menangislah karena selama ini Anda tidak bangga menjadi seorang Muslim. Menangislah karena selama ini Anda tidak takut dengan balasan Allah terhadap perbuatan-perbuatan buruk yang Anda lakukan secara sembunyi, lebih-lebih secara terang-terangan. Merintihlah di hadapan Allah karena Anda sering kebablasan melanggar larangan-Nya.

Namun, jangan pernah berputus asa jika Anda berbuat dosa. Contohlah Adam alayhissalam: makhluk yang Allah swt. ciptakan dengan dua tangan-Nya sendiri, yang Allah tiupkan ruh-Nya ke dalam dirinya, yang malaikat bersujud kepadanya, yang Allah swt. berikan kenikmatan surga dan istri yang cantik. Ia melakukan kesalahan. Kemudian bertaubat. Allah pun menerima taubatnya. Bahkan, Allah akan mengembalikannya ke surga.

Baca lebih lanjut

Dahulukan Akhlak, Stop Bertengkar !

3 Mar

Wa kana al-insanu aktsara syay’in jadalan – manusia memang paling senang berdebat. Begitu kata Allah dalam surat al-Kahfi/18: 54.

Ya, memang benar, kita ini senang berdebat. Debat itu sendiri tidak jadi soal. Yang jadi soal adalah manakala debat itu tidak disandarkan pada pengetahuan yang cukup tentang objek yang diperdebatkan. Kalau sudah begini, maka yang muncul adalah debat kusir yang tidak berkesudahan.

Akses informasi memang ada kaitannya dengan cara pandang kita. Semakin banyak informasi yang kita akses, maka semakin toleran kita. Semakin beragam bacaan yang kita baca, maka semakin berwarna cara pandang kita.

Soal qunut shubuh dan membaca basmalah dalam shalat, adalah sekian contoh kecil yang diributkan ‘orang-orang bodoh’. Mereka lupa bahwa dalam soal-soal seperti itu, maka yang diperlukan adalah kelapangan dada dalam menerima perbedaan. Mereka lupa, bahwa mendahulukan akhlak adalah jauh lebih penting dibanding bertengkar.

Orang yang mencari ilmu dengan niat untuk mendebat ulama, memperdaya orang bodoh, atau agar orang lain merujuk kepadanya, maka neraka siap menampung orang-orang semacam ini. Ini adalah sabda Rasulullah saw.

Nampaknya, apa yang dikatakan Rasulullah saw. sudah benar-benar terjadi. Banyak sekali blog yang dibuat bukan untuk mempersatukan umat, namun untuk kepentingan duniawiah semata.  Anehnya, kita menganggap diri kita bak juru penyelamat. Islam sebagai rahmatan lil alamin tenggelam oleh perilaku orang islam sendiri.

Kita sering lupa, bahwa ilmu adalah untuk diamalkan. Kata Imam al-Ghazali, ‘Law qara’ta al-ilma mi’ata sanatin wa jama’ta alfa kitabin, la takunu mustaiddan li rahmatillahi illa bi al-amali – walaupun Anda sudah membaca (mempelajari) ilmu selama ratusan tahun dan mengoleksi ribuan buku, namun Anda tidak akan mendapatkan rahmat Allah kecuali Anda mengamalkan ilmu yang telah Anda pelajari itu’.

Kita lebih sering jadi katak dalam tempurung. Akhirnya, cuma jadi jago kandang.

Wallahul musta’an…