‘Bekerjalah engkau untuk kepentingan duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya, dan bekerjalah engkau untuk kepentingan akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok’.
Ungkapan tersebut sangat populer di masyarakat. Saking populernya, dianggap sebagai hadits Nabi saw.
Sebenarnya, ungkapan tersebut BUKAN hadits. Ungkapan itu adalah perkataan seorang sahabat Nabi yang bernama Abdullah bin Amr bin al-Ash radhiyallahu anhu. Jadi, ini hanya soal pandangan Abdullah tentang masalah keduniaan.
Lalu, apa makna ungkapan Abdullah bin Amr bin al-Ash itu? Tentu saja beragam jawabannya.
Pertama, ada anggapan bahwa kita harus hidup seimbang, antara dunia dan akhirat.
Kedua, ungkapan tersebut maknanya justru KEBALIKAN dari makna pertama. Artinya, ungkapan tersebut mengisyaratkan bahwa akhirat lebih utama dibanding dunia. Apa buktinya? Buktinya bahwa untuk urusan akhirat harus disegerakan (karena waktunya sempit, yaitu besok), dan urusan dunia boleh ditunda (karena waktunya masih panjang yaitu hidup selama-lamanya).
Jadi, ungkapan tersebut hanya soal perbandingan antara dunia dan akhirat.
Perlu juga kita pahami bahwa yang namanya masalah keduniaan tidak melulu soal dunia, dan masalah keakhiratan tidak selalu soal akhirat.
Bisa jadi, suatu perbuatan kelihatannya dunia, namun sebenarnya ia bernilai akhirat. Contoh: seorang pebisnis yang berbisnis untuk menafkahi keluarganya. Lalu ia tidak lupa bersedekah, berzakat, dan membantu orang lain.
Bisa jadi, suatu perbuatan kelihatannya akhirat, namun sebenarnya ia bernilai dunia. Contoh: membantu korban bencana sambil menonjolkan dirinya/partainya. Di sini perbuatannya bernilai dunia, yaitu pamrih ingin dipuji sebagai orang yang peduli atau dipuji sebagai partai yang pro rakyat.
Jadi, perbuatan apapun yang bernilai akhirat, maka itu perlu diprioritaskan. Tentu saja dengan niat yang benar.
Jika niatnya akhirat, maka dunia akan ikut terbawa. Jika niatnya dunia, maka akhirat tidak akan ikut terbawa. Al-Quran menilainya seperti haba’an mantsura (debu yang beterbangan).
alhamdulillah dapat pencerahan saya pikir itu hadist juga
assalamualaikum… thanks infonya saya juga berfikir tadinya hadits 🙂
ijin kopas ya om, makasih atas penjelasannya moga Agan selalu diberi Petunjuk olehNya kejalan yang lurus. amin
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْـعَالَمِيْـڼ
Dengan ada πўª posting ini, membuat umat islam tahu betul apa makna dibalik hadist tersebut (setau ane hadist ust), terlalu banyak orang yg memaknai sesuai kehendak dengan kemampuan yang mini -_-
Na’uudzubillahi min Dzaalik ^_^
Dunia = Harta, Tahta, dan jabatan = WC
Ex : Jabatan => harta => makan => jadi ???
Akhirat = Ilmu Agama
Terutama sekali ILMU TAUHID (wajib mengetahui ‘ITIKAD 50 sebelum mengetahui yang lainnya) => ILMU FIQH dan seterusnya
Sumber : kitab siraj
Best regards,
Khalil
From ACEH 🙂
Syukran
Semoga bermanfaat
آمِيّنْ… آمِيّنْ… يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْن
Assalamu’alykum wr wb.
sangat bermanfaat. izin utk copy sbg tinjauan ya, jazakallah
wa alaykumussalam wr. wb.
Silakan, ya akhi…
jazzakallahu khoiran, boleh tahu ada di kitab apa ucapan Abdullah bin Amr bin al-Ash tersebut?
Ucapan tsb dapat ditemukan dlm kitab Gharib al-Hadits (Ibn Qutaybah), Zawa’id al-Musnad al-Harits (al-Haytsami), Tsiqat Atba’ al-Tabi’in (Ibn Hibban), al-Zuhd (Ibn al-Mubarak) sebagaimana dikutip Nashiruddin al-Albani dalam Silsilah al-Ahadits al-Dha’ifah.
Shodaqta ya ustadz Abdul Aziem..
Mohon doakan selalu kami yang di Batam ini..
Jazakallah khoir
Sy doakan agar Bang Rozy dan keluarga selalu dalam lindungan dan bimbingan Allah swt., sehingga bumi Batam menjadi saksi atas kebaikan2 yang Bang Rozy lakukan.
aamiin Allahumma aamiin, semoga demikian juga hendaknya bagi Bang Aziem sekeluarga di Jakarta sana…aamiin
Aminn…